KOMPAS.com — Majalah mingguan Jerman, Der Spiegel, mendapat kritik karena gambar sampul yang menunjukkan figur Presiden Amerika Serikat Donald Trump memenggal kepala Patung Liberty.
Beberapa koran di Jerman melontarkan kritik terhadap gambar tersebut. Wakil Presiden Parlemen Eropa di Jerman pun menyebut gambar tersebut "tak pantas".
Menanggapi komentar tersebut, kartunis Edel Rodriguez menilai, gambar tersebut hanya ingin melukiskan adanya "pemenggalan demokrasi".
Sampul depan Der Spigel ini mirip dengan kartun yang muncul di halaman depan New York Daily News pada Desember 2015.
Kala itu sosok Trump pun terlihat memenggal Patung Liberty, tetapi tidak dengan berdarah-darah.
Rodriguez yang tiba di AS sebagai pengungsi politik dari Kuba pada 1980-an mengungkapkan argumentasinya kepada Washington Post.
Dia mengaku ingin menunjukkan perbandingan antara kelompok teroris yang menyebut diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Donald Trump. Dia menyebut keduanya sebagai ekstremis.
Editor Der Spiegel, Klaus Brinkbaumer, menulis editorial bahwa Trump berupaya melakukan kudeta dari atas dan ingin mendirikan demokrasi tidak liberal.
Gedung Putih sudah menuduh kelompok media liberal atas pelaporan palsu dan tak bertanggung jawab untuk mencemari reputasi Trump dan pemerintahannya.
Alexander Graf Lambsdorff, anggota Demokrat Bebas dan Wakil Presiden Parlemen Eropa, mengatakan, sampul tersebut lebih menunjukkan posisi wartawan Der Spiegel daripada Trump.
"Sampul itu memainkan kehidupan korban teror dengan cara yang keji," kata dia kepada Bild.
Hubungan Jerman-AS menurun di bawah pemerintahan Presiden Trump yang sudah mengkritik kebijakan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Bulan lalu Trump mengatakan, kebijakan Merkel menerima banyak pengungsi di Jerman adalah sebuah kesalahan besar.
Penasihat dagang Trump juga baru-baru ini mengkritik Jerman karena mendapat keuntungan perdagangan dari mata uang euro yang relatif rendah.
Beberapa majalah lain juga menggunakan sampul depan edisi terbaru mereka untuk berkomentar atas Presiden AS dan kebijakan-kebijakannya.
Bloomberg Businessweek menunjukkan Trump memegang dokumen perintah eksekutif yang bertuliskan, "Masukkan perintah eksekutif yang dirancang tergesa-gesa, meragukan secara hukum, dan mengguncang ekonomi di sini."
Majalah mingguan Inggris, The Economist, menampilkan sosok Presiden Trump yang melempar bom molotov.
The New Yorker, majalah liberal yang mendukung Hillary Clinton, menampilkan api obor Patung Liberty yang padam.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.