Seorang Jurubicara Presiden Myanmar mengatakan, polisi sedang memeriksa pria itu untuk mengetahui motif penembakan.
Selanjutnya, aparat pun mengorek siapa yang berada di balik aksinya atau siapa yang membayarnya untuk melakukan itu.
Ko Ni tercatat sebagai salah satu pengacara terkenal yang beragama Islam di negara yang mayoritas penduduknya Buddha.
Putrinya, Yin Nwe Khine, kepada kantor berita Reuters mengatakan, ayahnya memang sering diancam karena menentang pengaruh militer yang terus berlangsung dalam kehidupan politik.
"Kami diperingatkan untuk berhati-hati, tetapi ayah saya tidak menerima itu begitu saja. Ia selalu melakukan apa yang dianggapnya benar," ujar Khine.
"Banyak orang membenci kami karena kami mempunyai keyakinan agama yang berbeda, jadi saya pikir mungkin itulah sebabnya, tetapi saya tidak tahu alasannya," sambungnya.
Amnesty International mengatakan kematian Ko Ni akan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas hak asasi manusia di Myanmar dan luar negeri.
"Pihak berwenang harus mengirimkan pesan tegas bahwa kekerasan seperti itu tidak akan ditoleransi dan tidak akan kebal hukum," kata Josef Benedict dari Amnesty International.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.