Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Keluar dari TPP, Jerman: Itu Peluang, Jangan Bersikap seperti Budak

Kompas.com - 25/01/2017, 07:04 WIB

BERLIN, KOMPAS.com - Wakil Kanselir Jerman, Sigmar Gabriel mengatakan, industri Jerman akan mengambil keuntungan dari setiap peluang perdagangan di Asia dan Amerika Serikat (AS) yang ditinggalkan oleh kebijakan proteksionisme AS.

Hal itu disampaikan Gabriel setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk keluar dari Kerja Sama Trans-Pacific (TPP).

Pandangan Gabriel diungkapkan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Handelsblatt yang dirilis pada Selasa (23/1/2017).

Gabriel mengatakan, "Jika Trump memulai perang dagang dengan Asia dan Amerika Selatan, itu akan membuka peluang bagi kita," demikian media Jerman seperti diteruskan Reuters.

"Trump hanya harus mengakui bahwa ekonomi AS sering tidak kompetitif, sedangkan (ekonomi) Jerman (kompetitif)," katanya, mengkritik ancaman Trump untuk memberlakukan tarif 35 persen pada mobil Jerman yang diimpor dari Meksiko.

Langkah itu, katanya, akan menjadi kontraproduktif bagi AS.

Trump menandatangani perintah eksekutif, yang secara resmi menarik AS dari kerja sama 12 negara TPP, menindaklanjuti janji dari kampanyenya tahun lalu. Dia menyebut langkah itu sebagai "hal yang besar bagi pekerja AS".

Gabriel, Menteri Ekonomi dan pemimpin partai tengah-kanan Sosial Demokrat kiri (SPD), yang diperkirakan akan menjadi lawan Kanselir Angela Merkel dalam pemilu September - mengatakan industri Jerman harus tetap percaya diri dalam menghadapi pergerakan Trump.

Kurang dari 10 persen dari ekspor Jerman dikirim ke AS, kata Gabriel, sementara 60 persen dikirim ke negara-negara lain di Eropa.

“Kita bisa melihat bobot kepentingan ekonomi kita," kata Gabriel. "Jerman harus bertindak dengan percaya diri dan jangan takut atau bersikap seperti budak. "

"Kita adalah negara yang sangat sukses, bangsa pengekspor yang berteknologi maju dengan banyak orang yang bekerja keras dan perusahaan yang cerdas."

Sesaat setelah dilantik pada pekan lalu, Presiden ke-45 AS Donald Trump menyampaikan kebijakan yang bersifat protektif dan mendahulukan kepentingan nasional AS dalam pidatonya.

"Kebijakan-kebijakan baru akan disampaikan di setiap kota dan negara bagian. Mulai hari ini dan seterusnya, visi yang baru akan berlaku di negara kita, yaitu menempatkan AS sebagai yang pertama (America First)," kata Trump kepada CNN seperti dikutip LKBN Antara.

Pernyataan tersebut disampaikan Trump saat ia menyampaikan pidato usai dilantik secara resmi sebagai presiden baru AS.

Presiden Trump mengatakan dia akan menjalankan kebijakan "America First" di dalam dan di luar negeri.

Trump juga menekankan bahwa pemerintahan baru AS di bawah kepemimpinannya akan menerapkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang mendahulukan kepentingan nasional dan kepentingan warga negara AS.

Dia mengatakan bahwa kebijakan ekonomi AS yang baru akan mengikuti dua aturan utama, yaitu membeli produk-produk dalam negeri AS (Buy American) dan mempekerjakan warga Amerika (Hire American).

Proses pemindahan kekuasaan pemerintahan AS dari Presiden Barack Obama kepada Presiden terpilih Trump berlangsung secara damai dan lancar.

Trump akhirnya resmi dilantik sebagai Presiden ke-45 AS, Jumat (20/1 2017) waktu setempat setempat) di Capitol Hill, yakni gedung dewan perwakilan rakyat AS.

Pelantikan Trump sebagai presiden baru AS dilakukan oleh Hakim Agung AS John Glover Roberts Jr.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com