MANILA, KOMPAS.com - Sekelompok polisi di Filipina menculik dan lalu membunuh seorang pengusaha asal Korea Selatan, demi uang tebusan.
Istri korban diarahkan untuk percaya bahwa suaminya masih hidup, agar mereka bisa mendapatkan uang.
Kasus pembunuhan itu menjadi aksi kriminal terbaru yang dilakukan aparat penegak hukum di Filipina.
Korban menghilang dari rumahnya di wilayah utara Kota Angeles, Oktober tahun lalu. Istri korban lalu mendapat perintah untuk membayar tebusan sebesar 100.000 dollar AS.
Demikian keterangan Jurubicara Kepolisian Filipina Dionardo Carlos kepada AFP.
Meski ada permintaan tebusan, namun korban telah dibunuh dan jasadnya dibakar di krematorium di hari yang sama ketika dia diculik.
Pihak Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengungkapkan informasi itu dengan mengutip keterangan dari laporan Pemerintah Filipina.
Diketahui, krematorium itu adalah milik seorang mantan polisi.
Pemerintah Korsel selanjutnya mengidentifikasi korban hanya dari nama keluarganya, Ji. Lelaki itu disebut berumur sekitar 50 tahun.
Media di Filipina menyebutkan, korban adalah pengusaha yang telah hidup di Filipina sejak tahun 2008. Dia bekerja di bidang sumber daya manusia.
Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung-Se langsung meminta penjelasan dari Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay.
Permintaan itu disampaikan ketika Yasay menelepon Byung-Se untuk memberi kabar tentang pembunuhan warga Korsel itu.
"Menteri Yun, mengekspresikan keterkejutannya terkait kasus ini, terutama karena ada peran petugas polisi di sana," kata Jurubicara Kementerian Luar Negeri Korsel.
"Dia lalu meminta Pemerintah Filipina mengungkap kasus ini hingga ke akarnya, demi tercapainya keadilan," ujar Jubir tersebut.
Menurut Carlos, salah satu polisi yang dituduh melakukan penculikan di rumah Ji, Ricky Santa Isabel telah menyerahkan diri pekan ini.