Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aleppo Digempur Lagi, Evakuasi Warga Terhambat

Kompas.com - 15/12/2016, 06:20 WIB

ALEPPO, KOMPAS.com - Upaya pengosongan sejumlah lokasi yang diduduki pemberontak di Aleppo, Suriah utara,  pada Rabu (14/12/2016), tidak berjalan mulus karena munculnya serangan-serangan udara baru ke kota itu.

Iran, yang merupakan salah satu pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengajukan aturan baru.

Menurut sumber-sumber dari kalangan pemberontak dan Perserikatan Bangsa-bangsa, Iran menginginkan pemindahan para korban luka dari dua desa, yang dikuasai para pemberontak, dilakukan secara serentak.

Tidak ada tanda-tanda bahwa keinginan tersebut terealisasi.

Para pemberontak membombardir dua desa berpenduduk mayoritas kaum Syiah, yaitu Foua dan Kefraya, di provinsi Idlib, sebelah barat Aleppo.

Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) mengatakan, gempuran senjata tersebut  menewaskan sejumlah orang.

Belum ada petunjuk terkini soal kapan evakuasi akan berlangsung, namun sebuah stasiun televisi pendukung oposisi mengatakan pemindahan bisa tertunda hingga Kamis (15/12/2016).

Gencatan senjata yang diperantarai oleh Rusia, sekutu terkuat Suriah, dan Iran ditujukan untuk mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung bertahun-tahun di Aleppo.

Namun, serangkaian serangan udara, pengeboman serta tembakan senjata meletus pada Rabu (14/12/2016). Turki menuding pasukan pemerintah melanggar gencatan.

Stasiun televisi Suriah mengatakan aksi-aksi pengeboman yang dilancarkan kelompok pemberontak menewaskan enam orang.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperkirakan bahwa kekuatan pemberontak tidak akan bertahan lebih dari dua atau tiga hari lagi.

Kementerian pertahanan di Moskow mengatakan para pemberontak saat ini menguasai kantong wilayah seluas hanya 2,5 kilometer persegi.

Turki terus melakukan kontak dengan Iran, Rusia dan Amerika Serikat untuk berupaya dan memastikan evakuasi warga sipil dan para pemberontak dari Aleppo bisa dilaksanakan.

Hingga Rabu subuh, tidak ada seorang pun yang meninggalkan Aleppo seperti rencana semula, demikian menurut keterangan saksi mata yang menunggu di lokasi pemberangkatan.

Di lokasi tersebut, sebanyak 20 bus dengan mesin menyala siap diberangkatkan, namun tidak ada tanda bus-bus itu akan bergerak ke tempat-tempat keberadaan para pemberontak.

Sementara Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, 6.000 warga sipil dan 366 pemberontak dalam 24 jam terakhir sudah meninggalkan daerah-daerah yang dikuasai kelompok pemberontak.

Menurut media milik sekutu pemerintah Suriah, Hezbollah, orang-orang yang ingin meninggalkan Aleppo berjumlah 15.000, termasuk 4.000 pemberontak.

Rencana evakuasi merupakan puncak pergerakan cepat selama dua minggu oleh tentara Suriah dan sekutu-sekutunya, yang memaksa para pemberontak mundur ke kantong lebih kecil di Aleppo di bawah gempuran serangan udara dan tembakan artileri.

Dengan mengendalikan Aleppo secara penuh, Assad telah menunjukkan kekuatan koalisi militernya, yang dibantu angkatan udara Rusia serta para milisi Syiah dari berbagai wilayah.

Para pemberontak mendapat bantuan dari AS, Turki dan kerajaan-kerajaan Teluk.

Namun, dukungan yang mereka dapatkan itu tidak mencukupi untuk menghadapi dukungan militer langsung yang didapat Suriah dari Rusia dan Iran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com