WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Presiden AS Barack Obama memerintahkan evaluasi menyeluruh terkait dugaan peretasan dalam proses pemilihan presiden yang baru saja berlalu.
Pernyataan ini disampaikan Gedung Putih, Jumat (9/12/2016), di tengah meningkatnya kekhawatiran akan intervensi Rusia dalam Pilpres AS.
Wakil sekretaris pers Gedung Putih, Eric Schultz, mengatakan, Obama memerintahkan hal tersebut pada awal pekan ini.
"Kami berkomitmen untuk memastikan integritas pemilihan presiden negara ini," kata Schutz.
"Kami akan mencari pola aktivitas siber jahat di masa pilpres, memperkuat kemampuan defensif kami, dan mengambil pelajaran untuk laporan kami kepada kongres dan para stakeholders," kata Schultz.
Presiden Obama, lanjut Schultz, menginginkan laporan lengkap sebelum masa jabatannya berakhir pada 20 Januari mendatang.
"Kami akan membeberkan masalah ini seterbuka mungkin ke publik. Ini adalah prioritas utama Presiden," kata Schultz.
Langkah ini diambil setelah para anggota kongres dari Partai Demokrat menekan Gedung Putih untuk membeberkan rincian dugaan peretasan yang dilakukan Rusia selama proses pemilu.
Langkah ini juga diambil setelah presiden terpilih Donald Trump menolak temuan komunitas intelijen terkait keterlibatan Rusia.
Salah satu dugaan keterlibatan Rusia adalah bocornya surat elektronik dari komite nasional Demokrat dan John Podesta, penasihat Hillary Clinton.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.