Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lese Majeste, 'Pasal Pelindung' Keluarga Kerajaan Thailand

Kompas.com - 14/10/2016, 08:14 WIB

“Monarki di atas segala konflik,” ujar Winthai Suvaree, juru bicara junta militer Thailand sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Ucapan ini menegaskan pandangan bahwa junta militer, yang menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra adalah pendukung kuat kerajaan.

Dengan dalih akan mengembalikan stabilitas di Thailand, militer mengambil alih kekuasaan pada 22 Mei 2014 setelah negara itu berbulan-bulan diguncang demonstrasi antipemerintah.

Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha telah menekankan bahwa pasal Lese Majeste diperlukan untuk melindungi keluarga kerajaan.

“Yang Mulia tidak berada dalam posisi untuk merespons atau menjelaskan,” kata Chan-Ocha.

Salah satu alasan untuk membenarkan kudeta militer pada 2006 adalah perdana menteri saat itu, Thaksin Shinawatra, mengabaikan institusi monarki, tuduhan yang belakangan dia bantah.

Bagaimana Lese Majeste digunakan?

Selama bertahun-tahun diterapkan, pasal itu menjaring beragam pelanggar.

Pada 2007, Oliver Jufer dipenjara selama 10 tahun setelah mencoret poster Raja Bhumibol Adulyadej dengan cat semprot. Pria berkebangsaan Swiss itu mengaku dalam keadaan mabuk dan belakangan diampuni.

Kemudian, pada 2011, seorang kakek berusia 61 tahun dihukum 20 tahun penjara lantaran mengirim SMS yang dinilai bernada hujatan terhadap Ratu.

Sejumlah kelompok hak asasi manusia mengatakan pasal Lese Majeste telah digunakan sebagai senjata politik untuk memberangus kebebasan berpendapat.

Lembaga Amnesty International mengecam putusan pengadilan Thailand yang menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara terhadap pegiat sosial dan mantan editor majalah Somyot Prueksakasemsuk.

Dia dipenjara pada 2013 lalu setelah merilis dua artikel yang dinilai menyinggung keluarga kerajaan.

“Selama beberapa tahun terakhir aparat di Thailand semakin sering menggunakan hukum, termasuk pasal lese majeste, untuk membungkam demonstran dan memenjarakan orang yang menyuarakan pandangan politik,” sebut Amnesty International.

Akhir-akhir ini, penahanan terhadap pelanggar Lese Majeste terkait dengan pesan-pesan di situs media sosial.

Seorang pria, misalnya, divonis hukuman penjara selama 15 tahun karena mengunggah foto-foto anjing kesayangan Raja Bhumibol di Facebook. Jaksa menilai unggahan pria itu sengaja dibuat dengan sikap menghina Raja.

Lalu ada seorang petugas pemersih yang dibawa ke pengadilan berdasarkan Lese Majeste karena mengunggah kalimat “Oh, begitu” saat bertukar pesan dengan seorang pegiat politik di Facebook.

Aparat menilai pesan-pesan itu bersifat hujatan.

Bahkan, memencet tombol suka pada pesan di Facebook yang dinilai menyinggung Raja Bhumibol dapat diusut aparat dengan menggunakan Lese Majeste ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com