Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mempertahankan Minat Remaja Asing Belajar Bahasa Indonesia

Kompas.com - 17/08/2016, 14:01 WIB
Caroline Damanik

Penulis

Yacinta mengaku saat ini tengah melakukan eksperimen sederhana tentang lifeskill yang akan diajarkan kepada para mahasiswanya. Dia menuturkan kerap menyampaikan kepada para pemuda yang diajarnya bahwa bahasa itu lebih dari sekadar kata-kata. Belajar bahasa adalah belajar tentang diri sendiri . Oleh karena itu, dia kerap menyampaikan bahwa jangan puas hanya menguasai satu bahasa.

“Saya tidak bisa menyerah, saya akan ngeyel. Monash University meski kecil tetapi komitmennya besar (untuk Bahasa Indonesia). Jadi, apapun akan saya lakukan dan saya fokus pada generasi muda. Ini yang bisa kami bantu sebagai warga negara Indonesia untuk mendorong penguatan program bahasa Indonesia di sini,” tegasnya.

Jeff, salah satu mahasiswa Yacinta, menuturkan bahwa dirinya tertarik belajar Bahasa Indonesia karena termotivasi oleh pemikiran dosennya. Apalagi, dia juga kuliah di bidang jurnalisme.

“Saya belajar Bahasa Indonesia karena saya ingin menguasai bahasa asing lebih dari satu,” kata mahasiswa Kelas 5 Kajian Indonesia ini.

“Saya ingin memakainya (Bahasa Indonesia) untuk bidang jurnalisme karena saya suka sekali berpendapat dan membicarakan tentang isu-isu dunia dan nasional,” tambahnya.

Remaja Australia yang memiliki ibu berasal dari Malaysia ini mengatakan bahwa tidak terlalu mengalami kesulitan saat belajar Bahasa Indonesia karena dia juga familiar dengan bahasa Melayu.

 “Tidak susah. Mudah sekali karena tidak ada tenses, tense yang sekarang tidak berbeda dengan tense yang lalu,” ungkapnya.

Masih optimistis

KOMPAS.com/Caroline Damanik Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema di kediamannya di Canberra, awal Juni 2016.
Optimistisme disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema. Menurut dia, tren penurunan belajar bahasa oleh warga Australia juga dialami oleh negara Asia lainnya.

Selain itu, meski faktanya jumlah peminat belajar Bahasa Indonesia menurun dan tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah seperti yang terjadi di awal tahun 1980-an, jumlah sekolah dan kampus yang mengajarkan Bahasa Indonesia di Australia masih banyak.

Menurut dia, saat ini, di kawasan selatan Australia saja ada sekitar 2.000 sekolah yang mengajarkan Bahasa Indonesia.

"Tidak mungkin Bahasa Indonesia tidak diajarkan lagi di Australia karena peminatnya masih tetap banyak walaupun memang tidak sebanyak dahulu," kata Nadjib ketika ditemui di rumah dinasnya di Canberra, ACT, Australia, pada awal Juni 2016.

Warga dan para politisi Australia, lanjutnya, masih sangat membutuhkan Bahasa Indonesia karena Indonesia adalah salah satu tetangga terdekat yang dimiliki Australia. Bahkan, menurut Nadjib, sudah banyak politisi Australia yang menguasai Bahasa Indonesia.

Menurut Nadjib, sama seperti keuntungan yang diperoleh warga Indonesia dengan belajar Bahasa Inggris, dengan belajar Bahasa Indonesia, warga Australia bisa meminimalisasi mispersepsi dan mengedepankan empati saat berkomunikasi.

"Ketidaktahuan kita mengenai budaya tetangga kita itu yang menghalangi kita untuk bekerja sama,” ungkapnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com