Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penantian Sapi-sapi Australia Sebelum Diekspor ke Indonesia

Kompas.com - 01/08/2016, 18:49 WIB
Caroline Damanik

Penulis

DARWIN,  KOMPAS.com – Ratusan sapi gemuk berkeliaran di dalam sebuah kandang luas di Noonamah, 42 kilometer ke arah tenggara dari Darwin, Northern Territory, Australia. Sebagian besar bergerombol di tengah, sebagian lagi memamah rerumputan kering di bak kayu panjang sejajar dengan pagar kayu kandang tersebut.

Kandang-kandang lain di sekitar kandang itu juga diisi ratusan sapi, ada yang berwarna sama dengan sapi di kandang paling depan, ada yang berwarna lebih gelap.

Sapi-sapi ini biasanya akan berada sekitar 4-5 hari di export yard milik para peternak sebelum dikirim dengan kapal-kapal pengangkut ke negara-negara importir sapi, termasuk Indonesia.

Untuk pasar Indonesia, sapi yang kerap diekspor adalah sapi bakalan jenis brahman dari Northern Territory. Sapi berkulit putih ini terkenal kuat dan tahan cuaca panas, cocok dengan kondisi alam Indonesia.

Selama berada di tempat ini, sapi-sapi yang akan dikirim ke Indonesia dijaga beratnya. Berat setiap sapi bakalan jenis brahman yang akan diekspor ke Indonesia tidak boleh lebih dari 350 kilogram pada saat tiba di tempat tujuan.

Setelah tiba di Indonesia, sapi-sapi ini akan dimasukkan ke feedlot selama sekitar 100 hari untuk digemukkan kembali hingga beratnya mencapai sekitar 500 kilogram. Setelah itu, barulah sapi-sapi ini dilepas ke pasaran.

Untuk tahun 2016, Indonesia menetapkan kuota impor sapi dari Australia sebanyak 600.000 ekor. Biasanya dalam setahun, sapi-sapi akan dikirim ke Indonesia dalam empat gelombang pengiriman. 

Mendebarkan

KOMPAS.com/Caroline Damanik CEO Northern Territory Livestock Exporters Association (NTLEA) Stuart Kemp di export yard di Noonamah, 42 kilometer ke arah tenggara dari Darwin, Northern Territory, Australia.
CEO Northern Territory Livestock Exporters Association (NTLEA) Stuart Kemp berharap agar kuota sapi itu tidak lagi berubah.

Berdasarkan pengalaman tahun 2015, kebijakan kuota impor berubah setiap tiga bulan. Pengumumannya mendadak, izinnya pun keluar dekat dengan periode pengiriman.

Oleh karena itu, para eksportir bingung dalam menyiapkan jumlah sapi yang akan dikirim pada setiap gelombang pengiriman.

Stuart mencontohkan, dalam satu tahun, para eksportir yang tergabung dalam asosiasi mengirimkan 150.000 ekor sapi dalam periode awal tahun. Namun, izin baru keluar seminggu sebelum periode pengiriman. 

"Kami sudah siap mengirim, tetapi ketika izin belum keluar, kami jadi tidak bisa bergerak. Kadang izin keluar sangat dekat dengan berakhirnya periode," ungkapnya.

Contoh lain yang lebih menyesakkan para eksportir sapi di Darwin terjadi saat menjelang Lebaran tahun lalu. Saat itu, importir di Indonesia, mayoritas di Jabodetabek, membutuhkan 250.000 ekor sapi, namun pemerintah hanya mengizinkan 50.000 sapi. Izin pun baru keluar sekitar 2 minggu setelah tanggal pengiriman seharusnya dilakukan.

"Bagi kami, lebih cepat izin dikeluarkan, kami bisa menyediakan suplai sapi dengan baik. Jangka waktu persiapan sebelum pengiriman sapi sangat penting. Paling tidak 3-6 bulan atau setahun sebelumnya izin sudah keluar," tambahnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com