Kevin juga membenarkan bahwa akibat lambatnya izin yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, mereka harus menambah biaya untuk pemeliharaan sapi di export yard dan juga parkir kapal setiap hari.
"Kapal hanya bersandar di pelabuhan dan tidak melakukan apa-apa, tetapi kami harus tetap membayar biaya parkirnya," ucap Kevin.
Oleh karena biaya-biaya tak terduga itu, para eksportir pun mau tak mau menaikkan harga sapi yang diekspor ke Indonesia. Biasanya, per kilo sapi bakalan dibanderol dengan harga 3 dollar Australia atau sekitar Rp 30.000 per kilogram hidup. Namun, jika mereka harus menambahkan biaya ini itu, harganya bisa melambung.
Stuart dan Kevin sama-sama menyarankan, jika Indonesia ingin harga sapi impor rendah, maka kuota impornya harus dibuka luas dan izin dikeluarkan beberapa bulan sebelum periode pengiriman tiba.
Namun, Stuart mengatakan, tahun ini tidak jauh berbeda. Mereka harus mengurus izin empat bulan sekali.
Banyak pertimbangan
Sementara itu, Konsulat Jenderal RI di Darwin, Andre Omer Siregar, mengatakan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia itu terjadi karena sejumlah pertimbangan di dalam negeri. Salah satunya adalah keinginan pemerintah mendorong swasembada sapi.
Namun, lanjut Andre, para peternak belum siap. Infrastruktur untuk mendukung produksi sapi yang berlimpah belum mendukung.
“Pemilik sapi belum tentu memiliki persepsi yang sama. Saat ke lapangan, mereka (para peternak di Australia) tidak lagi melihat nama (jenis) sapi. Mereka langsung namakan, ini namanya beef burger, ini namanya steak," kata Andre.
Menurut Andre, tidak ada alasan personal, hanya bisnis. "Sementara kita di Indonesia, lihat sapi, wah ini bisa untuk tabungan wisuda anak kita atau pernikahan anak kita. Beda model bisnis. Nah kalau gitu, kan pemerintah harus seimbang sehingga harus mendorong para pemilik sapi itu untuk berkontribusi terhadap pasar Indonesia,” kata Andre.
Andre mengaku terus melakukan komunikasi dengan para eksportir sapi dan asosiasinya. Menurut dia, Indonesia masih membutuhkan pasokan sapi dari Australia.
“Saya sampaikan kepada teman-teman di sini, kalian akan menjadi partner yang penting dalam ekspor impor sapi. Karena (pengiriman) cuma empat hari perjalanan dan lebih efektif dan kualitas dagingnya terjamin,” ucap Andre.
“Ini proses, butuh waktu, tetapi pada akhirnya saya sampaikan Indonesia membutuhkan sapi dan peternak di sini membutuhkan kepastian dan kita akan terus melakukan kolaborasi yang erat,” tambah Andre.
(Tulisan ini merupakan bagian dari program "Jelajah Australia 2016". Kompas.com telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Di luar tulisan ini, masih ada artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terbit pada Juli hingga akhir Agustus 2016. Anda bisa mengikuti artikel lainnya di Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016".)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.