DARWIN, KOMPAS.com - Buku berjudul "Reconnecting The Connection" rencananya akan diterbitkan pada semester dua tahun 2016. Buku ini akan berisi catatan tentang hubungan diplomasi antara Indonesia dan Australia, khususnya Darwin, sejak tahun 1970-an.
Salah satu babnya akan bercerita tentang ikatan kuat dari masa lalu antara para pelaut Makassar dan suku Aborigin, penduduk asli di utara Australia.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Darwin, Andre Omer Siregar, mengatakan bahwa eratnya hubungan dagang dan persahabatan antara suku Aborigin dan pelaut dari Makassar pada masa lalu memperkaya hubungan diplomasi antara Australia dan Indonesia yang unik pada saat ini.
Kisah ini menjadi catatan penting bagi Indonesia dalam pengembangan hubungan diplomasi dengan Australia, melalui Kedutaan Besar RI untuk Australia di bawah kepemimpinan Nadjib Riphat Kesoema.
Hubungan diplomasi ini makin unik karena kisah mesra dari masa silam itu telah membuat keturunan suku Aborigin kini, terutama suku Yolngu, Larrakia, dan Anindilyakwa dari Groote Eylandt, menyimpan rindu yang mendalam terhadap pengalaman indah yang pernah diperoleh nenek moyang mereka bersama para pelaut dari Makassar.
Kerap, rindu itu dibicarakan oleh orang per orang atau komunitas per komunitas dalam acara-acara formal maupun non-formal.
"Mereka itu sangat bangga (pernah memiliki hubungan yang baik dengan Makassar). Kalau kita lihat dari segi geopolitik abad 17, masyarakat Aborigin di utara Australia ini bangga sekali berdagang dengan Makassar karena dari begitu banyaknya suku bangsa di masyarakat di Australia ini, di utara ini, mereka yang paling kaya karena mereka berhubungan langsung dengan Makassar," kata Andre.
"Para pedagang Aborigin di bagian selatan itu masih jualan yang standar, kerikil, atau batuan, tapi di Yirrkala atau Anindilyakwa, mereka sudah berdagang apa yang dijual dari Makassar, seperti logam dan pot atau gerabah. Jadi mereka terangkat (secara ekonomi) dan sangat bergengsi. Jadi mereka selalu mengenang kembali betapa mereka di masa jaya," tuturnya kemudian.
Menyalakan kembali
Menanggapi hal itu, lanjut Andre, pemerintah Indonesia melalui perwakilannya di Darwin mengambil inisiatif untuk menyalakan kembali api kemesraan antara suku Aborigin dan Makassar.
Tahun lalu, lanjut Andre, Konjen RI di Darwin sudah melakukan kunjungan ke Nhulunbuy, Semenanjung Gove, Arnhem Land, Northern Territory, Australia.
Pendekatan seni budaya dilakukan melalui kunjungan ke Yirrkala Arts Centre, baik dengan membawa perwakilan seniman Makassar ke Yirrkala dan begitu pula sebaliknya.
"Kami sudah memfasilitasi pembuat pot atau gerabah dari Bugis sampai Yirrkala. Mereka sudah mencat ulang (pot-pot) juga. Kami juga sudah pesan bark painting yang dibuat Yirrkala yang menunjukkan hubungan sejarah antara Makassar dan Yirrkala," tutur Andre.