Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjalin Kembali Silaturahim Suku Aborigin dan Orang Makassar

Kompas.com - 29/07/2016, 19:33 WIB
Caroline Damanik

Penulis

DARWIN, KOMPAS.com - Buku berjudul "Reconnecting The Connection" rencananya akan diterbitkan pada semester dua tahun 2016. Buku ini akan berisi catatan tentang hubungan diplomasi antara Indonesia dan Australia, khususnya Darwin, sejak tahun 1970-an.

Salah satu babnya akan bercerita tentang ikatan kuat dari masa lalu antara para pelaut Makassar dan suku Aborigin, penduduk asli di utara Australia.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Darwin, Andre Omer Siregar, mengatakan bahwa eratnya hubungan dagang dan persahabatan antara suku Aborigin dan pelaut dari Makassar pada masa lalu memperkaya hubungan diplomasi antara Australia dan Indonesia yang unik pada saat ini.

Kisah ini menjadi catatan penting bagi Indonesia dalam pengembangan hubungan diplomasi dengan Australia, melalui Kedutaan Besar RI untuk Australia di bawah kepemimpinan Nadjib Riphat Kesoema.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Darwin, Andre Omer Siregar.
"Sejak 2015, Konjen RI di Darwin dan berkonsultasi dengan Dubes RI di Canberra, pada intinya Indonesia dan Australia memiliki diplomacy of proximity ya, di mana Darwin dengan Ambon, Darwin-Bali dan Darwin-Makassar itu memiliki hubungan yang sangat erat," ujar Andre saat ditemui di rumah dinasnya di Darwin, akhir Mei 2016.

Hubungan diplomasi ini makin unik karena kisah mesra dari masa silam itu telah membuat keturunan suku Aborigin kini, terutama suku Yolngu, Larrakia, dan Anindilyakwa dari Groote Eylandt, menyimpan rindu yang mendalam terhadap pengalaman indah yang pernah diperoleh nenek moyang mereka bersama para pelaut dari Makassar.

Kerap, rindu itu dibicarakan oleh orang per orang atau komunitas per komunitas dalam acara-acara formal maupun non-formal.

"Mereka itu sangat bangga (pernah memiliki hubungan yang baik dengan Makassar). Kalau kita lihat dari segi geopolitik abad 17, masyarakat Aborigin di utara Australia ini bangga sekali berdagang dengan Makassar karena dari begitu banyaknya suku bangsa di masyarakat di Australia ini, di utara ini, mereka yang paling kaya karena mereka berhubungan langsung dengan Makassar," kata Andre.

"Para pedagang Aborigin di bagian selatan itu masih jualan yang standar, kerikil, atau batuan, tapi di Yirrkala atau Anindilyakwa, mereka sudah berdagang apa yang dijual dari Makassar, seperti logam dan pot atau gerabah. Jadi mereka terangkat (secara ekonomi) dan sangat bergengsi. Jadi mereka selalu mengenang kembali betapa mereka di masa jaya," tuturnya kemudian.

Menyalakan kembali

Menanggapi hal itu, lanjut Andre, pemerintah Indonesia melalui perwakilannya di Darwin mengambil inisiatif untuk menyalakan kembali api kemesraan antara suku Aborigin dan Makassar.

Tahun lalu, lanjut Andre, Konjen RI di Darwin sudah melakukan kunjungan ke Nhulunbuy, Semenanjung Gove, Arnhem Land, Northern Territory, Australia.

Pendekatan seni budaya dilakukan melalui kunjungan ke Yirrkala Arts Centre, baik dengan membawa perwakilan seniman Makassar ke Yirrkala dan begitu pula sebaliknya.

"Kami sudah memfasilitasi pembuat pot atau gerabah dari Bugis sampai Yirrkala. Mereka sudah mencat ulang (pot-pot) juga. Kami juga sudah pesan bark painting yang dibuat Yirrkala yang menunjukkan hubungan sejarah antara Makassar dan Yirrkala," tutur Andre.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Timmy Djawa Burarrawanga dari klan Gumatj menunjukkan sejumlah motif di pot yang menggambarkan kenangan suku Yolngu, penduduk Aborigin di Arnhem Land, tentang para pelaut dari Makassar. Motif pot yang ada di Buku-Larrngay Mukka atau Yirrkala Arts Center di Yirrkala, Gove, Northern Territory, ini berupa pinisi atau prau (perahu), pedang, beras, kapala atau kepala Mangathara, pipa rokok dan lipa-lipa atau perahu kecil.
Will Stubbs, Art Coordinator di Buku-Larrngay Mulka atau Yirrkala Art Centre, mengatakan bahwa tim dari art center ini juga baru pulang dari Makassar untuk menelusuri sejumlah tempat dan museum yang menguatkan sejarah hubungan antara suku Yolngu dan Makassar, seperti Port Paotere, Fort Somba Opu, dan Museum I La Galigo. Yirrkala Art Center dihadiahi pot yang baru dicat ulang.

Koleksi pot yang ada di Yirrkala Arts Center, lanjut Will, menunjukkan berbagai kenangan tentang kedatangan para pelaut dari Makassar di Arnhem Land, seperti pinisi atau prau (perahu), pedang, beras, kapala atau kepala Mangathara (sebutan orang Aborigin untuk pelaut Makassar), pipa rokok, dan lipa-lipa atau perahu kecil.

Andre menambahkan bahwa pihaknya juga telah bertemu suku Anindilyakwa dan Larrakia yang ingin sekali melanjutkan kembali pengelolaan teripang di utara Australia. Konjen RI lalu sudah mengundang perwakilan kamar dagang dari Makassar untuk menyambut keinginan itu.

"Kita harus memanfaatkan momentum di mana kedua masyarakat asli itu bisa melakukan hubungan dagang yang baik dengan kondisi sekarang. Yang kami ingin dari kamar dagang Makassar adalah melihat ini sebagai suatu investasi dalam menghidupkan sejarah hubungan dagang," tambahnya.

Pria yang terkenal aktif di sosial media ini mengatakan bahwa Konjen RI di Darwin akan mendukung dengan melakukan penetrasi di sosial media dan internet lalu melakukan dialog serta melakukan diplomasi dengan pemerintah dan komunitas terkait di Northern Territory untuk mengingatkan bahwa Makassar dan Aborigin memiliki ikatan sejarah yang kuat.

"Kami di konsulat juga akan terus mendorong people to people relationship dan mudah-mudahan kami bisa bekerja sama dengan pejabat dari Jakarta atau Makassar untuk sering mengunjungi mereka," ungkap Andre.

Selain itu, ke depannya tentu saja kopi darat antara kedua belah pihak akan makin sering dilakukan, baik di Makassar maupun di Northern Territory, salah satunya pertemuan yang direncanakan pada Oktober mendatang di Makassar. Andre optimistis gayung bersambut karena pemerintah Australia sudah menempatkan konsulat jenderalnya di Makassar.

"Langkah selanjutnya adalah membawa lebih banyak orang Makassar ke Darwin untuk melihat dan menghidupkan kembali sejarah itu lalu membawa orang-orang Aborigin ke Makassar dan berkoordinasi. Kami senang sekali karena ada Konjen Australia di Makassar. Itu elemen kuat yang bisa kita dorong untuk menghidupkan kembali hubungan sejarah itu," pungkas Andre. 

KOMPAS.com/Caroline Damanik Benda-benda seni yang mencatat kenangan manis suku Yolngu, penduduk Aborigin di Arnhem Land, Northern Territory, Australia, terhadap para pelaut dan pedagang dari Makassar tersimpan di Buku-Larrngay Mukka atau Yirrkala Arts Center di Yirrkala.

(Tulisan ini merupkan bagian dari program "Jelajah Australia 2016". Kompas.com telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Di luar tulisan ini, masih ada artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terbit pada Juli hingga akhir Agustus 2016. Anda bisa mengikuti artikel lainnya di Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016".)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com