Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terusan Panama Baru Akhirnya Resmi Beroperasi

Kompas.com - 27/06/2016, 11:14 WIB

PANAMA CITY, KOMPAS.com - Dua tahun terlambat dari jadwal dan di tengah menurunnya frekuensi pelayaran internasional terusan Panama baru akhirnya resmi beroperasi, meski peresmiannya dirayakan dengan sangat sederhana.

Peresmian jalur baru kanal Panama hanya dihadiri delapan kepala pemerintahan dan beberapa negara hanya mengirimkan perwakilan juniornya saja.

Kondisi ini kemungkinan besar akibat reputasi negeri tersebut yang tercoreng akibat skandal kebocoran data yang dikenal dengan sebutan "Panama Papers".

Amerika Serikat, yang pertama kali memangkas tanah genting Panama pada 1914 dan baru menyerahkan kendali terusan itu kepada pemerintah setempat pada 1999, diwakili Jill Biden, istri wakil presiden Joe Biden.

Padahal, AS adalah pelanggan terbesar kanal tersebut disusul oleh China.

"Ini adalah rute yang mempersatukan dunia," kata Presiden Panama Juan Carlos Varela dalam pidatonya.

Pelebaran dan penambahan jalur terusan ini dikerjakan sebuah konsorsium Spanyol Sacyr dan Salini Impregilo dari Italia. Proyek raksasa ini membuat Panama harus merogoh kocek hingga 5,4 miliar dolar AS.

Sebelum pelebaran dan pembangunan jalur baru ini, terusan Panama menghasilkan 10 miliar dolar AS atau dua perlima dari pendapatan nasional negeri Amerika Tengah tersebut.

Ribuan orang menyaksikan peresmian pada Minggu (26/6/2016)  pagi itu yang ditandai dengan melintaskan kapal barang raksasa berbendera China menuju ke jalur baru di sisi Samudera Atlantik.

Kapal raksasa itu, jika sesuai jadwal, akan keluar di Samudera Pasifik pada Minggu sore menjelang malam setelah mengarungi perjalanan sejauh 50 mil atau sekitar 80 kilometer di dalam kanal.

Sistem baru kanal itu memungkinkan terusan Panama menampung berbagai kapal dengan ukuran tiga kali lipat dari kapal-kapal sebelumnya. Sehingga 98 persen kapal-kapal barang internasional kini bisa melintasi terusan tersebut.

Kapal barang China yang menjadi "pelanggan" pertama terusan baru itu saja berukuran lebar 48 meter dan hampir 305 meter.

"Ini adalah bukti bahwa Terusan Panama, dengan pengembangan saat ini, merupakan pemain penting tak hanya untuk dunia pelayaran regional tetapi juga dunia," kata Oscar Bazan, wakil presiden Otorita Terusan Panama.

"Terusan ini sudah memenangkan taruhan. Para klien akan diuntungkan dengan singkatnya waktu pelayaran dan menghemat biaya, karena terusan ini memperpendek jarak pelayaran," tambah Bazan.

Seharusnya, terusan baru ini diselesaikan pada 2014, tetapi baru dioperasikan saat dunia pelayaran dihantam krisis akibat anjloknya harga minyak dunia dan melambatkan ekspansi ekonomi China.

Contohnya, volume kargo dari berbagai pelabuhan di pesisir timur AS menuju Asia yang sebagian besar melintasi terusan ini, turun hingga 10 persen tahun lalu.

Sementara itu, Terusan Suez di Mesir terpaksa menurunkan tarif hingga 65 persen untuk kapal-kapal barang raksasa untuk menjaga kelangsungan lalu lintasnya.

Tantangan lain adalah, Nikaragua juga berniat untuk membangun terusan demi berkompetisi dengan Panama.

Sebuah kesepakatan kerja sama sudah diteken antara Pemerintah Panama, dalam hal ini Presiden Daniel Ortega dengan miliarder telekomunikasi China, Wang Jing untuk pembangunan kanal ini.

Pengerjaan Terusan Nikaragua yang sempat tertunda dijadwalkan akan berlangsung akhir tahun ini, meski banyak kalangan meragukan bahwa proyek ini akan benar-benar terwujud.

Apalagi, proyek ini memicu perlawanan dari organisasi lingkungan hidup karena ribuan penduduk dan petani terancam kehilangan lahan mereka akibat mega-proyek tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com