Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasanya Berpuasa Pertama Kali Jauh dari Tanah Air

Kompas.com - 22/06/2016, 08:00 WIB
Caroline Damanik

Penulis

MELBOURNE, KOMPAS.com – Puluhan anak muda sudah memenuhi halaman kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne sekitar pukul 16.40 waktu setempat. Jumlahnya terus bertambah dalam 20 menit berikutnya hingga jam buka puasa tiba.

Saat jam buka puasa tiba, mereka mengerubungi meja yang menyajikan hidangan takjil ala Indonesia, seperti risoles, martabak telur dan kolak pisang, dan menyantapnya sambil mengobrol hingga jam shalat Isya tiba.

Usai shalat, sebelum tarawih dimulai, mereka menikmati hidangan makan malam ala Indonesia yang disuguhkan, seperti sambal kentang ati, tumis taoge dan bakwan jagung.

Antrean di dekat meja makan pun mengular. Panitia sempat kehabisan nasi karena ternyata warga Indonesia yang hadir melebihi jumlah mereka yang memberikan konfirmasi kehadiran pada Konjen RI. Pasokan nasi pun segera ditambah.

Di antara warga Indonesia yang hadir, tampak Jovita Ridhani, pemudi yang tengah menjalani studi di Melbourne, Victoria, Australia. Dia datang bersama teman-temannya yang juga berstatus mahasiswa.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Jovita Ridhani, mahasiswa asal Indonesia yang tengah menekuni studi di Monash University di Melbourne, Australia, dalam acara buka puasa bersama di halaman kantor Konjen RI, Jumat (10/6/2016).
Jovita baru beberapa bulan menjalani kehidupannya sebagai mahasiswi program S-2 jurusan Expert Teaching Practice di Monash University. Jadi, Ramadhan kali ini adalah Ramadhan pertamanya jauh dari keluarga, jauh dari Tanah Air.

“Ini pertama kali saya Ramadhan di sini. Seru sih. Ini juga pertama kali saya ke KJRI. Memang kadang ada beberapa kendala (dalam menjalani ibadah puasa di negeri orang), seperti kalau misalnya di kampus, enggak semua orang puasa, cuma beberapa yang Muslim, tetapi overall seru sih,” tuturnya.

Menurut dia, perbedaan di kampus tak berpengaruh terhadap ibadah puasanya. Namun demikian, dia juga rindu suasana Ramadhan di Tanah Air. Itulah salah satu alasan yang paling kuat mendorong dirinya dan teman-temannya untuk datang ke acara buka puasa bersama yang digelar Konjen RI di Melbourne.

“Sama teman-teman kebetulan jauh dari suburb, tetapi semangat karena bisa ketemu orang-orang Indonesia lainnya karena enggak sering ada kegiatan seperti ini, apalagi ini di bulan Ramadhan,” ungkapnya.

Satu hal yang juga dirindukannya adalah suara azan. Di Australia, termasuk Melbourne, suara azan dilarang dikumandangkan dengan pengeras suara ke luar masjid karena masyarakat Australia menjunjung tinggi kenyamanan bersama.

“Suara-suara azan dari masjid, doa-doa. Jadi misalnya (buka puasa), udah nih buka? Ya buka aja (enggak ada azan),” tutur perempuan asal Bogor ini sambil tersenyum.

Soal makanan, Jovita tak terlalu masalah. Dia bahkan kerap sahur dan berbuka puasa dengan makanan ala Indonesia, baik yang dibeli maupun dimasak sendiri.

Tak sulit, lanjutnya, menemukan makanan atau bumbu-bumbu Indonesia untuk berbuka puasa.

“Kebetulan di Australia banyak took-toko Asia dan restoran makanan Indonesia. Jadi enggak terlalu susah, tetap menu bukanya menu-menu Indonesia juga. Kayak kemarin yang terakhir kangkung dan sambel, masih begitu," katanya.

"Enggak terus (menu) western. Soalnya masih gampang cari makanan dan bumbu Indonesia di Australia,” ujarnya kemudian.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne Dewi Savitri Wahab dalam acara buka puasa bersama, Jumat (10/6/2016).
Pelipur rindu

Konjen RI di Melbourne Dewi Savitri Wahab mengatakan, acara buka puasa bersama digelar rutin setiap tahun di kantor Konjen. Acara ini, lanjutnya,  tak melulu soal buka puasa. Di belakangnya, yang tak kalah penting, ada nilai silaturahim dan kedekatan. Dewi mengatakan, perrtemuan semacam ini justru menjadi pelipur rindu bagi sebagian besar warga Indonesia yang sedang merantau di Melbourne, baik untuk bekerja maupun bersekolah.

“Intinya (melalui acara ini) kami membatalkan puasa bersama-sama, tetap menjalin silaturahim, dan untuk berkumpul, terutama untuk mahasiswa-mahasiswa yang sekolah di sini. Kalau mereka rindu suasana buka puasa bersama, kami ingin menampilkan suasana ‘inilah rumah kita’. Jadi bersama-sama buka puasa (dengan orang Indonesia lainnya) supaya tidak rindu dengan suasana buka puasa di Indonesia,” ungkapnya.

Dewi mengatakan, acara ini digelar rutin setiap tahun dengan mengundang warga Indonesia yang berada di Melbourne dari latar belakang suku atau agama apa pun.

Lucky Kalonta adalah salah satu warga Indonesia yang hadir dalam acara ini tetapi tidak berpuasa. Pria yang sudah tinggal di Australia sejak tahun 1972 itu juga menghadiri undangan Konjen RI meski beragama Kristen.

“Ini kan masyarakat Indonesia. Bagaimanapun juga, saya walaupun bukan orang Islam tetap menghormati. Acara seperti ini harus di-support,” ujarnya.

Lagipula, lanjutnya, kerinduan untuk bertemu dan berkumpul dengan teman-teman sebangsa dan setanah air kerap muncul lebih kuat saat tinggal di negeri lain.

“Enak kumpul seperti ini, sekaligus networking,” tutupnya sambil tersenyum.

 

KOMPAS.com/Caroline Damanik Acara buka puasa bersama yang digelar Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Jumat (10/6/2016).

 

Tulisan ini dibuat dalam rangkaian perjalanan Kompas.com yang diundang ABC Australia Plus ke Australia, 14 Mei-15 Juni 2016, bersama MNC Group dan Detik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com