Hasan lalu mengeluarkan alat peraga berbentuk lingkaran bertumpuk dari karton tebal dengan sumbu di tengahnya. Alat peraga ini bisa diputar sesuai dengan kelompok huruf berdasarkan perubahan yang diinginkan. Tiga kelompok bentuk huruf dibedakan dalam tiga warna, yaitu merah, oranye dan hijau.
Hasan mengandaikan kelompok berwarna hijau seperti lampu lalu lintas. Huruf dalam kelompok ini tidak akan mengalami perubahan meski ditempatkan di depan, tengah maupun akhir kata.
Setelah mengenalkan bentuk huruf dan cara melafalkannya juga cara menulis huruf, buku ketiga seri “Forming Words” yang ditulis Hasan mengajarkan tentang pembentukan kata sederhana. Hasan mengeluarkan lingkaran peraga lainnya agar mereka yang belajar bisa berlatih membentuk kata sederhana dari tiga huruf. Menurut Hasan, ada 26.800 kombinasi kata yang bisa dibentuk.
Tingkat kesulitan di seri ketiga ini lebih rumit. Namun demikian, Hasan belum mengajarkan tajwid atau mengeluarkan huruf untuk tujuan memperindah.
“Mereka bisa belajar dengan gembira. Ini seperti game (permainan),” tegasnya.
Insinyur teknik sipil
Hasan mengatakan, metode ini diciptakannya dengan mengerahkan kemampuannya sebagai seorang insinyur. Baginya, ilmu teknik sipil memberikan banyak kontribusi untuk menemukan metode ini dan menuangkannya dalam buku dan alat peraga yang menarik serta pemainan pendukung.
“Contohnya (ilmu teknik berguna) untuk mencari solusi dalam cara menuliskan huruf atau membentuk kata. Lalu bagaimana untuk membentuk huruf yang berbeda sesuai tempatnya, menemukan cara bagaimana mengenal huruf yang berbeda. Karena ini sangat menantang bagi orang yang mau membaca Al Quran. Mereka bisa membaca huruf Arab yang berdiri sendiri namun mereka tidak bisa membaca Al Quran. Jadi saya memiliki alat dan sumber untuk memudahkan pengenalan terhadap huruf Arab, bahkan dalam huruf kaligrafi yang biasanya sulit dimengerti,” tuturnya.
“Selain itu, ilmu engineering membantu saya menemukan cara agar murid bisa tetap fokus terhadap satu hal pada saat belajar, bagaimana mentransfer ilmu melalui gerakan mekanikal atau digital,” tambahnya kemudian.
Imran Haris, seorang peserta pelatihan di IREA yang ditemui, mengaku tertarik dengan metode pembelajaran Noon Arabic dan ingin membeli paket bukunya. Menurut dia, anak-anak kerap menemui sejumlah tantangan saat belajar bahasa Arab untuk bisa membaca Al Quran.
“Biasanya tantangannya adalah salah pengucapan. Metode ini sangat bagus, khususnya bagi anak-anak. Mereka bisa belajar Bahasa Arab dengan lebih mudah,” ucapnya.
Tulisan ini dibuat dalam rangkaian perjalanan Kompas.com yang diundang ABC Australia Plus ke Australia, 14 Mei-15 Juni 2016, bersama MNC Group dan Detik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.