MELBOURNE, KOMPAS.com – Bagi umat Muslim di seluruh dunia, memelajari bahasa dan huruf Arab dibutuhkan sebagai dasar untuk membaca dan memahami Al Quran.
Bagi umat Muslim yang berada di negara yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari, belajar aksara Arab dan membaca bukan hal yang mudah. Bulan Ramadhan pun banyak dimanfaatkan oleh umat untuk mulai memelajarinya.
Hasan Alshaksir, seorang cendekiawan Muslim asal Victoria, Australia, menangkap kesulitan yang dialami oleh umat Muslim dan anak-anak yang besar di Negara Kanguru ini. Dia pun menciptakan metode belajar yang sederhana untuk mengenalkan tulisan dan bahasa Arab ke berbagai kalangan, baik orang dewasa maupun anak-anak, dengan mudah.
Metode ini dikenal dengan nama “Noon Arabic”. Hasan bergulat selama bertahun-tahun dan mulai menuangkan gagasannya mengenai teknik belajar tulisan dan bahasa Arab dengan mudah dalam paket buku seri berjudul "Noon, Learn to Write Arabic" sejak 7 tahun lalu. Buku ini terdiri dari empat buku, yaitu satu buku bacaan dan tiga buku praktik.
“JIka yang belajar serius, saya bisa ajar dasar-dasar aksara Arab hanya dalam 5 jam untuk dewasa dan 48 jam untuk anak-anak dari mulai tidak tahu sama sekali hingga bisa menulis dan mengucapkan huruf Arab,” tuturnya ketika ditemui Kompas.com pada akhir Mei di Islamic Research and Educational Academy di Hoppers Crossing, sebuah daerah pinggiran dekat Melbourne, Victoria.
Setiap buku dilengkapi gambar-gambar dan petunjuk untuk menuliskan aksara tertentu, sedangkan alat peraganya berbentuk lingkaran yang bertumpuk dari karton tebal dan bisa berputar.
Penuh gambar dan alat peraga
Pada buku pertama dengan nama seri “The Alphabet”, Hasan mengatakan, para pemula bisa belajar mengenal huruf Arab melalui gambar hewan dan tumbuhan yang berbentuk menyerupai huruf-huruf Arab.
Melalui gambar-gambar yang menarik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, Hasan berharap umat Muslim dan anak-anak bisa mengingat bentuk huruf Arab yang ada lalu kemudian belajar menuliskannya.
Hasan memiliki metode khusus dengan membagi huruf-huruf Arab dalam sejumlah kategori sehingga mereka yang belajar bisa membedakan karakter dan cara membaca huruf Arab.
"Beberapa huruf di Bahasa Arab tidak ada persamaan bunyinya dalam Bahasa Inggris. Contohnya huruf Kha, Syin, Tsa, tidak ada bunyi-bunyi tersebut dalam Bahasa Inggris. Biasanya, anak-anak juga tidak bisa membedakan mana huruf Ha, mana huruf Kha," ucapnya.
Pada bagian ini, Hasan menekankan cara pengucapan huruf. Semua pelafalan huruf Arab dicari persamaannya dengan bunyi dari nama-nama benda dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, anak-anak bisa lebih mudah mengingatnya. Hal ini menjadi indikator untuk mengetahui sejauh mana pelafalan telah dilakukan dengan benar.
“Misalnya ‘snake’ untuk ‘sa’, ‘zebra’ untuk ‘za’, dan ‘rabbit’ untuk ‘ra’,” katanya sambil tersenyum.
Setelah memahami huruf dasar dan pelafalan, pada buku kedua dengan nama seri “Joining Forms”, mereka yang belajar diajak mengenal perubahan bentuk huruf Arab ketika berada di depan, tengah, dan akhir kata.
Hasan lalu mengeluarkan alat peraga berbentuk lingkaran bertumpuk dari karton tebal dengan sumbu di tengahnya. Alat peraga ini bisa diputar sesuai dengan kelompok huruf berdasarkan perubahan yang diinginkan. Tiga kelompok bentuk huruf dibedakan dalam tiga warna, yaitu merah, oranye dan hijau.
Hasan mengandaikan kelompok berwarna hijau seperti lampu lalu lintas. Huruf dalam kelompok ini tidak akan mengalami perubahan meski ditempatkan di depan, tengah maupun akhir kata.
Setelah mengenalkan bentuk huruf dan cara melafalkannya juga cara menulis huruf, buku ketiga seri “Forming Words” yang ditulis Hasan mengajarkan tentang pembentukan kata sederhana. Hasan mengeluarkan lingkaran peraga lainnya agar mereka yang belajar bisa berlatih membentuk kata sederhana dari tiga huruf. Menurut Hasan, ada 26.800 kombinasi kata yang bisa dibentuk.
Tingkat kesulitan di seri ketiga ini lebih rumit. Namun demikian, Hasan belum mengajarkan tajwid atau mengeluarkan huruf untuk tujuan memperindah.
“Mereka bisa belajar dengan gembira. Ini seperti game (permainan),” tegasnya.
Insinyur teknik sipil
Hasan mengatakan, metode ini diciptakannya dengan mengerahkan kemampuannya sebagai seorang insinyur. Baginya, ilmu teknik sipil memberikan banyak kontribusi untuk menemukan metode ini dan menuangkannya dalam buku dan alat peraga yang menarik serta pemainan pendukung.
“Contohnya (ilmu teknik berguna) untuk mencari solusi dalam cara menuliskan huruf atau membentuk kata. Lalu bagaimana untuk membentuk huruf yang berbeda sesuai tempatnya, menemukan cara bagaimana mengenal huruf yang berbeda. Karena ini sangat menantang bagi orang yang mau membaca Al Quran. Mereka bisa membaca huruf Arab yang berdiri sendiri namun mereka tidak bisa membaca Al Quran. Jadi saya memiliki alat dan sumber untuk memudahkan pengenalan terhadap huruf Arab, bahkan dalam huruf kaligrafi yang biasanya sulit dimengerti,” tuturnya.
“Selain itu, ilmu engineering membantu saya menemukan cara agar murid bisa tetap fokus terhadap satu hal pada saat belajar, bagaimana mentransfer ilmu melalui gerakan mekanikal atau digital,” tambahnya kemudian.
Imran Haris, seorang peserta pelatihan di IREA yang ditemui, mengaku tertarik dengan metode pembelajaran Noon Arabic dan ingin membeli paket bukunya. Menurut dia, anak-anak kerap menemui sejumlah tantangan saat belajar bahasa Arab untuk bisa membaca Al Quran.
“Biasanya tantangannya adalah salah pengucapan. Metode ini sangat bagus, khususnya bagi anak-anak. Mereka bisa belajar Bahasa Arab dengan lebih mudah,” ucapnya.
Tulisan ini dibuat dalam rangkaian perjalanan Kompas.com yang diundang ABC Australia Plus ke Australia, 14 Mei-15 Juni 2016, bersama MNC Group dan Detik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.