Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timo Soini, Isu Rasial, dan Dilema di Bawah Partai Finlandia Sejati

Kompas.com - 04/05/2016, 19:49 WIB

Saat itu, Finns Party atau Partai Finlandia Sejati, partai tempat dia mengabdi, memenangkan 19,1 persen suara. Menurut media-media Finlandia, hal itu adalah suatu yang “mengejutkan” dan “luar biasa”.

Teman saya tadi kemudian menjelaskan, “Dia adalah pemimpin dari Finns Party, atau dikenal dengan julukan True Finns (orang-orang Finlandia asli), sebuah partai nasionalis kanan yang rasis terhadap para imigran, homoseksual, dan agama lain.”

Jika memimjam istilah orang Indonesia, partai penguasa di Finlandia saat ini adalah partai orang-orang asli "pribumi" Finlandia. Selain diisukan rasial, mereka juga pengkritik gagasan globalisasi dan Uni Eropa.

“Dia mengklaim dirinya tidak ada masalah dengan orang-orang yang bukan asli keturunan Finlandia, namun kita semua (orang Finlandia) tahu itu tidak benar. Orang-orang di bawahnya lebih parah,” katanya.

Pada tahun 2011, presiden Finlandia saat itu Tarja Halonen mengatakan sebagian dari pendukung partai True Finns adalah rasial.

Di tahun yang sama, jurnalis Swedia Lisa Bjurwald membuat pernyataan yang hampir sama, mengatakan para pemimpin partai tersebut sebenarnya mendukung kedudukan rasialisme, walaupun di muka umum menyanggah semua tuduhan tersebut.

Tidak hanya bawahannya, beberapa atasan partainya juga banyak menuai kontroversi. Contohnya adalah pada tahun 2011, anggota parlemen Finlandia Pentti Oinonen menolak undangan kepresidenan untuk merayakan hari kemerdekaan, menyebutkan keengganannya melihat sesama jenis berdansa.

Selain Pentti, pada tahun 2012 anggota parlemen lain yaitu Jussi Halla-aho, dinyatakan bersalah atas tuduhan mengganggu pelaksanaan kegiatan beragama serta atas komentar sensitif terhadap Nabi Muhammad.

Walaupun terlontarnya banyak tuduhan, Timo Soini mengaku bahwa partainya bukan seperti apa yang dikatakan banyak orang-orang.

Dalam sebuah wawancara bersama BBC News, dia mengatakan, “Saya adalah seorang Kristiani Katolik, yang berarti saya tidak bisa menjadi seseorang yang rasial.”

“Saya tidak membenci siapapun, tidak ada yang dibenci oleh Partai Finn,” ucap Timo. “Tentu ada satu-dua kejadian, tapi kita punya 19 persen dari rakyat yang memilih dan mendukung kita,” lanjutnya.

Timo sendiri memenangkan suara terbanyak pada saat pemilihan electoral dari distrik Uusimaa, mengalahkan Menteri Luar Negeri terdahulu Alexander Stubb dan Menteri Keuangan sebelumnya Jyrki Katainen.

Media ternama di Finlandia, Helsingin Sanomat, menyimpulkan bahwa “Timo Soini telah menulis ulang buku sejarah electoral”.

Menurut dia, salah satu kebijakan kontroversial yang diajukan oleh Timo adalah memprivatisasi Universitas Helsinki, yang merupakan universitas terbesar di Finlandia.

Padahal, Finlandia dikenal dengan edukasinya yang nomor satu, dan salah satu faktornya adalah karena biaya edukasi yang gratis pada setiap tingkatan sehingga memungkinkan semua orang mendapatkan pendidikan formal.

Kebijakan-kebijakan tersebut belum termasuk kebijakan lain, seperti kebijakan anti-imigrasi yang banyak media sebut sebagai kebijakan “xenophobik”.

Seorang Timo Soini yang pada awalnya saya kira adalah seorang politisi yang menyenangan bak Ridwan Kamil, ternyata tidak seperti apa yang saya bayangkan.

Mereka, warga Finlandia, pastinya lebih mengenal para pemimpinnya. Mereka sepertinya sudah mengenalnya secara baik, lebih dari sekadar kesan pertama bahwa Timo Soini adalah seorang politisi yang lucu.

(Narendra Hutomo, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara, melaporkan dari Helsinki untuk Kompas.com)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com