HELSINKI, KOMPAS.com - Wartawan menghadapi beragam bentuk pelanggaran kebebasan pers saat menjalankan tugas. Ada yang mendapat ancaman fisik, ada pula yang mengalami pembatasan hak atas pendidikan dan ekonomi.
Tanggal 3 Mei adalah Hari Kebebasan Pers Dunia. Inilah curahan hati jurnalis dari lima negara yang menghadiri perayaan Hari Kebebasan Pers Dunia atau World Press Freedom Day (WPFD) 2016 di Helsinki, Finlandia, Selasa (3/5/2016).
1. Dennis Joe Msacky, Tanzania (Afrika)
Insiden itu terjadi sekitar tiga tahun lalu. Para jurnalisnya tidak dilukai dan situs mereka tidak ditutup, tetapi pemerintah menggunkan hukum untuk menutup media tersebut.
Para wartawan Tanzania juga dahulu bisa meliput langsung debat di parlemen."Tapi sekarang, pemerintah bilang tak boleh liputan langsung. Jadi anggota parlemen diskusi sendiri dan masyarakat tak tahu apa yang terjadi," kata Dennis.
"Pemerintah melarang liputan langsung karena itu membuat masyarakat percaya perubahan bisa terjadi," lanjut Dennis.
2. Selma I. T. C. Marivate, Mozambik (Afrika)
"Tapi tantangan terbesar adalah pendidikan. Karena kebanyakan wartawan tak punya kesempatan untuk kuliah, jadi mereka kekurangan kemampuan seperti pengertian atas isu-isu ekonomi dan politis," kata wartawan STV tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.