"Bayangkan, mereka yang awalnya tak bisa membaca dan menulis kini menjadi manajer bank, insinyur. Bagi saya ini sebuah kesuksesan," lanjut dia.
Memang tak semua siswanya menuai sukses, beberapa dari mereka juga tak bisa melanjutkan sekolah karena masalah biaya.
Namun, Parmar mengatakan, dirinya merasa berhasil mengajar anak-anak itu dengan teknik yang inovatif.
"Pertama saya minta mereka membaca, lalu saya minta mereka membuat pertanyaan dan membacakannya lalu mencari sendiri solusinya. Dalam enam bulan mereka belajar semua mata pelajaran dengan cara ini," tambah dia.
Salah seorang murid Parmar, Ronak Solanki mengakui bahwa pria itu berjasa besar dalam hidupnya.
"Semua teman SD saya tak ada yang melanjutkan sekolah saat ini. Mereka bahkan tak bisa melampaui kelas 10. Dia memberi kami bantuan tak hanya mengajari kami tapi juga memberi kami uang sekolah," kenang Ronak.
Aksi amal Parmar ini sangat didukung keluarganya yang justru bangga dengan kegiatan ini dan dampak positifnya bagi anak-anak di kawasan itu.
Bahkan, saat Parmar mengungkapkan niat membuka sekolah untuk anak-anak miskin ini, dua putranya langsung mengambil alih bisnis, sehingga Parmar bisa meluangkan waktunya.
"Sejak kami anak-anak, kami sering melihat ayah melakukan kerja sosial dan kami bangga kepada dia," kata Gautam, salah seorang putra Parmar.
"Jika kami tak mengelola bengkel, maka ayah pasti akan melanjutkan mengelola bengkel sambil mengajar. Namun, kami melihat dia sangat mencintai kerja sosial jadi kami putuskan untuk mengambil alih bisnis," tambah Gautam.