Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ibu yang Bersalaman dengan Adolf Hitler

Kompas.com - 28/01/2016, 00:55 WIB

KOMPAS.com — Hanni Begg adalah seorang siswi di Berlin ketika Nazi mendatangi keluarganya pada tahun 1943.

Karena keberuntungan, dia lolos dari penangkapan sebelum kemudian bertatap muka dengan Hitler. Berikut penuturannya kepada para pembuat film dari Teesside University.

Ayahnya memiliki rencana, bila Nazi datang ke keluarga mereka, mereka akan bunuh diri dengan sianida.

Namun, ketika ayahnya sedang tidak ada di rumah pada tahun 1943, Gestapo tiba di tempat mereka, di lantai tiga sebuah apartemen di Berlin. Hanni saat itu berusia 14 tahun.

Adiknya, Max dan Ruth, tidak begitu beruntung. Mereka menghabiskan sisa hidup singkat mereka di kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau.

"Saya tidak pernah melihat kakak dan adik saya lagi," kata Hanni, sekarang 86 tahun.

"Saya tahu, saya tidak akan melihat mereka lagi. Saya tidak pernah memiliki harapan lagi, saya saat itu sudah tahu terlalu banyak."

Getty Adik Hani ditempatkan di kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau di mana mereka akhirnya meninggal.
"Awalnya saya menangis. Kemudian, saya harus melanjutkan hidup dan membuang pikiran buruk jauh-jauh."

Setelah ibu Hanni meninggal karena kanker pada tahun 1939, ayahnya memperingatkan mengenai ancaman terhadap keluarga kecil Yahudi ini dari Nazi.

"Mereka mengambil semua uang kami dan tidak memberi ration book atau dokumen yang menjelaskan hak kepemilikan makanan, pakaian, dan barang-barang lain," kenangnya.

"Tidak lama setelah itu, ayah saya berbicara mengenai Mein Kampf (rencana cetak biru Hitler) kepada saya.

Dia bilang, saya harus menyadari bahwa saya akan dikelilingi oleh orang-orang yang anti, tetapi harus tetap sangat bangga akan latar belakang Yahudi saya."

"Dia juga mengatakan, kami akan mendapatkan surat dari Gestapo suatu hari yang mengatakan bahwa mereka akan datang dan mengumpulkan kami dan membawa kami ke sebuah kamp untuk perlindungan kami sendiri. Masing-masing harus menyiapkan koper, dan semua barang kami akan dipulangkan ketika kami sudah kembali."

"Ayah saya tahu ini semua bohong. Dia mengatakan kepada kami untuk tidak percaya pada propaganda. Dia mengatakan, kami tidak akan pernah pergi ke sebuah kamp."

"Dia mengeluarkan sebuah kotak berisi empat tablet sianida dan menjelaskan, jika kami mendapatkan surat tersebut, kami semua akan meminum tablet itu dan mati."

"Saya pikir itu romantis bahwa kita akan mati bersama-sama."

Namun, surat itu tidak pernah tiba. Yang ada adalah Gestapo.

"Ketika saya tiba dari sekolah, beberapa tetangga menunggu saya di luar dan mengatakan agar saya jangan masuk karena Gestapo akan menunggu untuk membawa saya pergi. Saya kemudian tidak melihat ayah saya lagi selama bertahun-tahun."

"Saya harus menghilang, dan selalu ada bantuan dari seseorang meskipun situasinya berbahaya bagi diri mereka sendiri."

BBC Diktator Jerman, Adolf Hitler.
Hanni tinggal dengan tetangga dan teman-teman yang menyembunyikan identitas aslinya, dan dia bersekolah.

Di sanalah dia berhadap-hadapan dengan Adolf Hitler.

"Dia datang ke sekolah kami. Saya berada di barisan depan, dan saya adalah satu-satunya anak di kelas yang memiliki latar belakang Yahudi, tetapi tidak terlihat seperti orang Yahudi."

"Dia dikelilingi oleh penjaga-penjaga. Kami berjabat tangan untuk beberapa detik dan kemudian semuanya selesai."

"Setelah itu, saya merasa malu karena melakukannya, tetapi saya tidak punya pilihan," kata Hanni.

"Pertama, saya tidak punya cukup waktu untuk memikirkannya, dan kedua, akan sangat berbahaya jika saya memilih untuk tidak bersalaman."

Seiring dengan hampir selesainya perang, Hanni akhirnya menemukan ayahnya melalui teman. Ia tinggal di sebuah kamar di kota.

Dia menderita TBC dan meninggal pada tanggal 9 Mei 1945 begitu ia mengetahui perang sudah berakhir.

Hanni mengebumikan ayahnya di halaman.

Dia kemudian diadopsi oleh keluarga lain sebelum seorang temannya melihat sebuah iklan yang mencari wanita muda Jerman untuk pindah ke Inggris dan dilatih sebagai perawat untuk NHS, layanan kesehatan nasional Inggris, yang baru didirikan.

Hanni akhirnya pindah dan menikah dengan seorang dokter, menetap di Guisborough dekat Middlesbrough, dan sejak itu dia menetap.

"Apakah saya merasa bersyukur berhasil selamat? Tidak selalu. Tidak. Namun, saya sering merasa bersalah bahwa saya yang ada di sini."

Mengapa saya harus selamat?

"Itu hanya keberuntungan bahwa saya tidak ada di tempat ketika Gestapo datang sehingga saya selamat."

"Saya punya hidup yang bahagia dan normal sekarang. Saya memiliki keluarga, dan saya berterima kasih untuk itu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com