Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Istri, Staf Ahli Hakim Indonesia Jadi Kuli Pasar di Australia

Kompas.com - 27/11/2015, 14:44 WIB
MELBOURNE, KOMPAS.com - Abdul Ghoffar (35) baru beberapa bulan bekerja di Queen Victoria Market, Melbourne. Warga asal Jakarta ini bekerja cukup keras di pasar tersebut.

"Ini casual job, istri saya yang sekolah, saya turis, turut istri," kata Ghoffar kala berbincang dengan jurnalis Indonesia di Queen Victoria Market pada akhir September 2015 lalu.

Luar biasa pengorbanan Ghoffar mendukung pendidikan istrinya, Weni Muniarti (34), yang sedang mengambil master di bidang kesehatan masyarakat di Universitas Melbourne atas beasiswa Pemerintah Australia.

Sampai-sampai PNS yang bekerja sebagai staf ahli hakim di suatu lembaga peradilan di kawasan Jakarta Pusat ini harus mengambil cuti di luar tanggungan negara. Dari yang tadinya menjadi orang kantoran kini harus bekerja di lapangan.

"Saya kerja di Indonesia, tiap hari cuma duduk menulis, mengetik dan lain-lain. Di sini kita harus kerja keras, seperti kuli. Istilah teman-teman, kuli panggul, dari pagi jam 6 pagi sudah mulai," ungkap sarjana hukum Universitas Airlangga dan master hukum tata negara dari Universitas Indonesia ini.

Setiap hari, Ghoffar yang bekerja di Queen Victoria Market sejak Mei 2015 lalu ini sudah harus hadir di pasar pukul 06.00 untuk menata kios suvenir kaos-jaket yang dijaganya.

Menata kios dibutuhkan waktu 3 jam hingga pukul 09.00. Normalnya pasar buka pukul 08.00, namun kadang stan belum siap.

"Ini tutupnya jam 15.30 kalau hari Minggu, lebih lama. Senin-Kamis pukul 14.00, Sabtu tutup pukul 15.00. Setelah tutup tak langsung bisa pulang melainkan harus membereskan dulu. Ini butuh waktu 2-2,5 jam, selesainya magrib. Jadi bisa 12 jam. Luar biasa tantangannya," tutur Ghoffar.

Pangsa pasar

Di pasar tradisional yang menjual sayur-mayur, daging hingga suvenir ini, Ghoffar punya kesan sendiri.

Dia menuturkan, kaos dan jaket yang dijual mulai harga AU$5 (Rp 50.000), mayoritas pembelinya adalah orang Indonesia.

"Yang unik, di sini pangsa pasar terbesarnya dari Indonesia, saya juga heran. Jaket-jaket ini pangsa pasarnya dari Indonesia," kata Goffar.

"Misalnya orang dari Eropa beli cuma 1-2, Indonesia bisa 30 biji. Memang dibagi-bagikan, itu saya kira kultur ya. Brunei nggak terlalu, Filipina, Malaysia, Singapura, cuma itu, terbanyak Indonesia," lanjut dia.

Kalau sepi, kata Goffar, karena tidak banyak orang Indonesia dan Malaysia yang banyak beli.

"Meski banyak orang yang ke sini tapi belinya cuma satu atau dua," cerita Ghoffar sambil terkekeh.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com