Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Al Qaeda Ubah Strategi di Tengah Kebangkitan ISIS

Kompas.com - 05/05/2015, 09:01 WIB

Walaupun begitu, bukan berarti Al Qaeda menjadi lebih moderat. Pada dokumen tahun 2013 bernama "Pedoman Umum bagi Aksi Jihad," pemimpin Al Qaeda Al Zawahri menggarisbawahi bahwa prioritas kelompok ini adalah untuk menyerang "pemimpin kaum kafir, Amerika Serikat dan Israel, dan para sekutu (Arab) mereka."

Pada saat yang sama, pedoman tersebut menyatakan militan Al Qaeda harus menghindari membunuh warga sipil dalam rangka menggalang dukungan dari masyarakat setempat. Mereka tidak akan membunuh warga sipil Syiah, walaupun kelompok tersebut menganggap Syiah kafir, maupun keluarga dari musuh mereka. Mereka tidak akan menyakiti warga Kristen ataupun membom masjid-masjid ataupun tempat-tempat lain di mana warga sipil berkumpul.

Di Suriah, salah satu barisan Al Qaida, Front al-Nusra, menjadi kekuatan terbesar di luar wilayah-wilyah yang dikuasai kelompok ISIS. Bulan lalu, Al Nusra bekerjasama dengan faksi-faksi pemberontak lainnya, termasuk para pemberontak yang didukung oleh Arab Saudi, Turki dan Qatar, untuk merebut kota Idlib di barat laut dan wilayah di selatan, kemenangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir ini atas Presiden Bashar al-Assad.

Di Yaman, Al Qaeda telah ditolong oleh perang terhadap pemberontak Huthi yang menguasai ibukota, Sanaa, dan sebagian besar daerah di utara, dan sedang berusaha mengambil alih daerah selatan setelah berhasil mengusir presiden yang diakui dunia internasional, Abed Rabbo Mansour Hadi, ke luar negeri.

Al Qaeda "telah muncul sebagai salah satunya kekuatan tempur yang nyata melawan Huthi," ujar Adaki Oren, seorang analis dari Long War Journal, yang memantau kelompok-kelompok militan. "Mereka telah menempatkan diri mereka sebagai garda depan mayoritas Sunni."

Al Qaeda merebut Mukalla, ibukota provinsi terbesar di Yaman, Hadramawt, pada awal April. Al Qaeda datang membawa arus senjata dan uang tunai. Tapi kelompok ini dengan segera menghilang ke latar belakang. Sebuah kelompok gabungan dengan nama Sons of Hadramawt menguasai Mukalla. Kelompok tersebut terdiri dari para pejuang suku, pemuda lokal dan militan Al Qaeda. Sebuah dewan lokal menjalankan lembaga-lembaga pemerintah di kota tersebut dan bahkan memperoleh dukungan dari gubernur Hadramawt, menurut juru bicara dewan setempat, Lutfi bin Saadon, kepada AP.

Saat muncul rumor bahwa Al Qaeda menerapkan peraturan syariah yang ketat di Mukalla, termasuk tidak membolehkan adanya musik di pesta-pesta dan melarang "qat," tembakau yang dikunyah oleh masyarakat Yaman, kelompok ini mengeluarkan pernyataan yang menepis dugaan tersebut dan menyebut rumor disebarkan mereka yang tidak setuju suku-suku setempat bekerja sama dengan Al Qaeda.

Kelompok ini mengatakan mereka tidak akan memerintah wilayah yang mereka rebut karena akan mengganggu pertempuran mereka melawan Huthi dan tujuan utama mereka menargetkan Amerika Serikat, sekaligus menghindari kemungkinan serangan pesawat tak berawak AS yang telah menewaskan beberapa tokoh utama mereka.

Walaupun begitu, pengaruh Al Qaeda terhadap para pejuang lokal tetap mengkhawatirkan bagi warga Yaman. Di sebelah selatan, Al Qaeda telah bersekutu dengan milisi lokal, menjadi tulang punggung bagi para laskar anti-Huthi.

"Sel-sel sleeper Al Qaeda kini bangun, berkat para Huthi," ujar seorang aktivis di daerah selatan Yaman, Adnan Agam. "(Yaman) Selatan akan menjadi Afganistan baru... Tidak hanya akan ada satu atau dua kota di bawah kendali Al Qaeda, tapi seluruh daerah selatan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com