Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksekusi Duo "Bali Nine" Tak Buat Warga Australia Tinggalkan Bali

Kompas.com - 29/04/2015, 13:38 WIB
CANBERRA, KOMPAS.com — Eksekusi mati duo "Bali Nine" Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, Rabu (29/4/2015), memicu kemarahan sebagian warga Australia terhadap Pemerintah Indonesia.

Namun, kemarahan itu belum membuat warga Australia mencoret beberapa daerah tujuan wisata populer di Indonesia, termasuk Bali, dari daftar lokasi berlibur mereka.

Setidaknya, demikian pernyataan maskapai penerbangan Australia, Qantas, dan agen perjalanan Webjet, bahkan jumlah warga Australia yang terbang ke Bali semakin banyak.

Direktur Utama Qantas Alan Joyce mengatakan, sejauh ini maskapai penerbangan itu belum melihat terjadinya penurunan penumpang ke Indonesia terkait eksekusi mati Sukumaran dan Chan.

"Ini adalah keputusan personal terkait apa yang akan seseorang lakukan atau pandangan mereka akan sesuatu. Sebagian orang memang sangat marah dengan keputusan Indonesia. Namun, masih banyak orang yang tak membenci Indonesia akibat masalah ini," ujar Joyce.

Joyce menambahkan, meski demikian, manajemen perusahaannya akan memperhatikan apakah masalah ini memengaruhi penumpang maskapai Jetstar dalam beberapa pekan ke depan. Jetstar adalah maskapai penerbangan murah yang merupakan anak perusahaan Qantas.

"Namun, saat ini tak ada tanda-tanda dampak dari eksekusi hukuman mati ini dan harapan kami peristiwa ini tak akan memberikan dampak signifikan," kata Joyce.

Jetstar, Virgin Australia, AirAsia, dan Garuda Indonesia bersaing ketat dalam merebut penumpang dari Australia menuju Bali. Salah satu rute paling ramai adalah Perth-Bali yang hingga Januari lalu tercatat 881.000 orang. Angka ini meningkat 3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pemesanan tiket

Sementara itu, Direktur Utama Webjet John Gussic mengatakan, sejauh ini situasi politik tak terlalu memengaruhi kebiasaan warga Australia dalam bepergian.

"Dalam hal ini, meski publikasi soal 'Bali Nine' sangat masif sejauh ini tidak memengaruhi pemesanan tiket penerbangan atau kamar hotel di Bali," ujar Gussic.

Gussic menambahkan, tampaknya warga Australia bisa memisahkan antara rakyat Indonesia dan keputusan politik yang dibuat pemerintah.

Gussic mengenang, tak lama setelah Bom Bali 2002, pemesanan tiket pesawat ke berbagai tujuan di Indonesia sempat turun drastis. Namun, hanya dalam enam bulan, pemesanan tiket pesawat dan kamar hotel di Indonesia kembali meningkat.

"Saat itu, memang sangat besar pengaruhnya. Namun, kami tak melihat hal yang sama dalam kasus ini," kata Gusic.

Menurut data yang dimiliki Webjet, Bali adalah tujuan wisata paling diminati warga Australia di Indonesia. Bahkan, Gussic melanjutkan, pesanan tiket ke Bali menjadi salah satu faktor yang menyokong bisnis Webjet.

Bahkan, hingga Desember, warga Australia yang memesan tiket penerbangan ke Bali hingga Desember mendatang meningkat hingga 37 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com