Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lee Kuan Yew, Bapak Kemajuan Singapura

Kompas.com - 23/03/2015, 05:39 WIB
Hindra Liauw

Penulis

"Seperti Israel, kami harus melompati tempat-tempat lain di kawasan dan menarik perusahaan-perusahaan internasional."

Lee memahami pentingnya membangun hubungan yang baik dengan Tiongkok, yang terbantu oleh hubungan baiknya dengan pemimpin Tiongkok, Deng Xiaoping.

Saat berkunjung ke Singapura tahun 1978, Deng mengungkapkan kekaguman atas kebijakan ekonomi Lee, sementara Lee terkesan dengan reformasi yang diterapkan Deng di Tiongkok.

Dalam upaya membangun Singapura, Lee juga menempuh langkah-langkah pemberantasan korupsi dan mewujudkan kebijakan rumah murah serta program industrialisasi untuk menciptakan lapangan kerja.

Pada saat yang bersamaan, dia merangkum etnis-etnis yang beragam untuk menciptakan satu identitas unik Singapura yang didasarkan pada multikulturalisme.

Masa kecilnya di sekolah tampaknya membuat dia percaya pada hukuman fisik.

"Saya duduk membungkuk di kursi dan mendapat tiga kali (pukulan). Saya tidak pernah mengerti kenapa para pendidik di Barat amat menentang hukuman fisik. Tidak ada bahayanya bagi saya dan kawan-kawan di sekolah."

Rekayasa sosial

Kebijakan yang juga dilaksanakan dengan ketat oleh Lee adalah keluarga berencana dengan memberi hukuman kepada orang tua yang memiliki lebih dari dua anak lewat sistem pajak.

Namun, belakangan, Singapura mendorong agar para perempuan tamatan universitas memiliki lebih banyak anak dengan mengecualikan mereka dari kebijakan keluarga berencana, yang masih diperlakukan bagi perempuan yang tidak tamat universitas.

Pemerintah Singapura secara sistematis berupaya untuk membentuk warganya agar berperilaku sopan, tidak bising, menyiram WC, dan tidak mengunyah permen karet.

"Kami disebut negara pengasuh," kata Lee dalam salah satu wawancara dengan BBC.

"Namun, hasilnya adalah saat ini kami berperilaku lebih baik dan kami hidup di tempat yang lebih bisa diterima dibanding 30 tahun lalu," tambahnya.

Walau menikmati standar hidup tinggi, sejumlah para pemilih muda mulai menolaknya dan bergeser ke partai oposisi, tetapi tetap saja partainya menang pemilu dengan suara mutlak.

Tahun 1990 Lee mengundurkan diri setelah meraih kemenangan dalam tujuh pemilu dan merupakan perdana menteri dengan jabatan terlama di dunia.

Di bawah kepemimpinannya, Singapura bertransformasi dari negara berkembang menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Asia dan juga dunia.

Beberapa pihak berpendapat, keberhasilan Singapura dibayar dengan pembatasan hak-hak pribadi dan media, tetapi formulanya jelas membuat Singapura, sampai saat ini, menjadi negara kecil dengan kekuatan besar.

"Di dunia yang berbeda, kita perlu menemukan niche (ceruk) untuk diri sendiri, satu sudut yang biarpun ukuran kita kecil, kita bisa tampil dengan peran yang berguna untuk seluruh dunia," jelasnya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Tiongkok tahun 2005.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com