Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lee Kuan Yew, Bapak Kemajuan Singapura

Kompas.com - 23/03/2015, 05:39 WIB
Hindra Liauw

Penulis

PAP meraih suara mayoritas dalam pemilihan umum 1959 dan Singapura lepas dari kendali Inggris.

Tahun 1963, Lee kemudian membawa Singapura bergabung dengan Malaysia, tetapi rangkaian kekerasan antar-etnis membuat Singapura keluar dari federasi dan menjadi merdeka sepenuhnya.

Walau lepas dari Malaysia, hubungan dagang dan militer tetap terjalin, sementara Inggris mempertahankan pangkalannya di Singapura untuk mendukung pertahanan bersama Singapura dan Malaysia.

Dia pun mulai menerapkan program reformasi besar-besaran untuk mengubah Singapura dari yang pernah disebut "limbah kemelaratan dan degradasi" menjadi negara industri modern.

Tak ada yang bisa menyangkal keberhasilan Lee Kuan Yew dalam reformasi tersebut.

Pengekangan politik

Untuk menjamin keberhasilan transformasi Singapura itu, Lee menerapkan pengendalian politik yang ketat atas aspek-aspek kehidupan, yang membuat negara itu menjadi masyarakat yang paling diatur di dunia.

Dia menangkap para pengkritiknya tanpa lewat pengadilan, membatasi kebebasan media dan penerbitan asing, termasuk menangkap sejumlah wartawan.

"Kebebasan pers, kebebasan media berita harus di bawah kebutuhan integritas Singapura," katanya suatu waktu.

Untuk membenarkan tindakannya, Lee menuduh bahwa koran-koran didanai dari kepentingan luar negeri yang jahat.

Sebagian pengecamnya mengatakan, tindakan itu tidak diperlukan karena dengan menguasai semua kursi di parlemen maka ada jaminan untuk dukungan penuh program-programnya tanpa mengambil langkah-langkah penindasan.

Lee, yang menegaskan dirinya anti-Komunis, malah dituduh menerapkan pemerintahan gaya komunis melalui kebijakan-kebijakannya.

Namun, berbeda dengan negara komunis pada umumnya, rakyat Singapura menikmati keuntungan ekonomi dari gaya kepemimpinan Lee. Dari tahun 1960 hingga 1980, pendapatan per kapita Singapura meningkat sampai 15 kali lipat.

Lee dan Deng

Israel menjadi model dalam program kependudukan karena negara kecil itu dikelilingi oleh musuhnya: negara-negara Arab.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com