Masyarakat dengan santun mengantar siapa saja orang asing yang kehilangan arah di sekitar lokasi Olimpiade. Semua dilakukan secara tulus tanpa pamrih. Anak-anak sekolah anggota pramuka membantu penonton menemukan pintu masuk stadion dan ikut mengatur lalu lintas.
Yung-yoo lebih bangga lagi karena Olimpiade adalah sebuah ”ruang pamer”, tempat Korsel bisa menunjukkan produk-produk dalam negeri kepada masyarakat dunia. Di ajang itulah bangsa-bangsa di dunia dibukakan mata bahwa Korsel telah mampu membuat segalanya.
Perkampungan atlet, misalnya, diisi dengan perlengkapan buatan lokal, mulai mesin cuci, radio transistor, televisi, sampai alat telekomunikasi. Untuk menjemput dan mengantar para atlet, bus dan mobil produksi Korsel pun berseliweran.
”Setiap hari, para atlet dan ofisial mancanegara memandang produk-produk merek Korsel,” ujarnya.
Catatan:
Tulisan ini merupakan bagian pertama dari dua tulisan, yang semula merupakan satu tulisan utuh dalam Harian Kompas edisi Minggu (21/9/2014), berjudul "Pintu Masuk ke Gerbang Dunia", karya Budi Suwarna dan Hamzirwan.