Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/09/2014, 07:17 WIB

Setelah pesta usai?

Tantangan yang menghadang adalah apa yang akan dilakukan setelah kontestasi rampung dengan beragam fasilitas mahal bertebaran. Pertanyaan ini mencuat dari rentetan pengalaman menjadi tuan rumah beragam ajang internasional tersebut.

Kota Seoul, misalnya, harus keluar ongkos 20 miliar won, setara 19,59 juta dollar AS atau Rp 226 miliar selama tiga tahun terakhir untuk merawat Stadion Olimpiade Seoul, lapangan utama Olimpiade 1988 yang sekarang jarang dipakai lagi.

Lalu, Kota Yeongnam di tenggara Korea Selatan, juga harus "membuang" 190 miliar won, setara 185,34 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun, pada 2010. Kota ini menjadi tuan rumah Formula Satu Grand Prix Korea, yang mulai musim tahun ini tak lagi digelar karena perselisihan dengan manajemen Formula One terkait biaya tuan rumah.

Incheon pun tak lepas dari kelindan persoalan yang sama. Tawaran menjadi tuan rumah Asian Games XVII diterima kota ini pada 2007. Namun, pada 2012, wali kota Incheon pada saat itu, Song Young-gil mengancam akan melepaskan hak kota ini menjadi tuan rumah bila pemerintah pusat tak membantu pendanaan.

Total biaya untuk Incheon bersiap menjadi tuan rumah Asian Games 2014 ini mencapai 2,11 triliun won, setara 2,05 miliar dollar AS atau Rp 23,6 triliun. Incheon tetap menjadi tuan rumah setelah pemerintah Seoul bersedia menambah "urunan" biaya, sekalipun tetap saja Incheon menanggug 70 persen tagihan.

Rencananya, Incheon akan menjadikan sejumlah stadion yang dipakai untuk pertandingan di Asian Games ini menjadi gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan bioskop multipleks begitu "pesta" usai.

Meski demikian, para pengritik mengingatkan bahwa tuan rumah Olimpiade Montreal pada 1976 butuh waktu 30 tahun untuk menutup biaya penyelenggaraan ajang olahraga itu. Perhitungan serupa dialami oleh Athena di Yunani dan Beijing China. 

Kim mengakui, tolok ukur keberhasilan Asian Games kali ini adalah bila mampu menghindarkan penyelenggaranya dari defisit. Sayangnya, penjualan tiket pun berjalan lambat. Target yang dipatok panitia adalah 70 persen tiket ludes sebelum pembukaan tetapi hingga sepekan sebelum pembukaan baru 30 persen tiket terjual.

Semua "drama" Korea ini sebentar lagi seharusnya menjadi pemikiran pula di Indonesia, calon tuan rumah acara serupa pada 2018. Asian Games XVIII seharusnya berlangsung pada 2019, tetapi maju satu tahun menjadi 2018 dengan pertimbangan 2019 merupakan tahun pemilu di Indonesia. Sudah bersiap sebagaiman Pyeongchang.

(ANN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com