"Yanukovych akan mengundurkan diri (dari kekuasaan) karena dia tidak bisa memenuhi kewajibannya dan (parlemen) menetapkan pemilu pada 25 Mei," demikian isi resolusi parlemen Ukraina seperti dikutip AFP.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan kekecewaannya karena oposisi Ukraina gagal memenuhi perjanjian yang sudah disepakati dengan Yanukovych pada 21 Februari lalu.
Saat itu Yanukovych sudah sepakat untuk menjalankan semua konsesi di bawah pernjanjian damai yang diperoleh setelah mediasi yang dilakukan para menlu Perancis, Jerman dan Polandia.
Salah satu kesepakatan itu adalah menggelar pemilihan umum lebih awal dan mengurangi kekuasaan lembaga kepresidenan.
Dalam pembicaraan teleponnya dengan ketiga menteri luar negeri itu, Lavrov menyampaikan kekecewaannya terhadap perkembangan terbaru di Ukraina.
"Oposisi tak hanya gagal memenuhi kewajibannya namun mereka juga selalu menyampaikan tuntutan baru setiap waktu mengikuti arahan dari ektremis bersenjata yang mengancam kedaulatan Ukraina dan merusak konstitusi," ujar Lavrov.
Lavrov menyerukan agar Paris, Berlin dan Warsawa menimbang kembali pengaruh mereka terhadap oposisi untuk memastikan agenda kesepakatan 21 Februari bisa terlaksana sekaligus menenangkan kelompok oposisi.
Sebelumnya, Yanukovych yang didukung Rusia menyatakan unjuk rasa dan kerusuhan di Kiev adalah sebuah upaya kudeta, di saat parlemen memutuskan untuk menyingkirkan dia dan membebaskan rivalnya, Yulia Tymoshenko.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.