Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa Besar Digelar di Bangkok Senin

Kompas.com - 08/12/2013, 09:14 WIB
BANGKOK, KOMPAS.COM - Pemimpin demonstran anti-pemerintah Thailand, Suthep Thaugsuban, mengajak seluruh rakyat dari berbagai kalangan dan profesi untuk turun ke jalan melakukan unjuk rasa besar-besaran pada Senin (9/12). Demonstrasi akan dimulai pukul 09.30 waktu setempat.

Sementara itu, kepada sejumlah jurnalis asing, kemarin, di Bangkok, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengatakan, jika tidak ada penyelesaian politik dalam waktu dekat atas krisis yang menimpa negerinya, pemerintah bersedia membuka negosiasi dengan kalangan penentang. ”Pintu kami tetap terbuka untuk dialog,” ujar Yingluck.

Pernyataan Yingluck tampaknya didorong oleh keinginan kuat pemerintah mengakhiri krisis politik Thailand yang seakan tidak pernah henti sejak 2006. Sejak PM Thaksin Shinawatra—yang merupakan kakak kandung Yingluck—dilengserkan melalui kudeta militer, ”Negeri Gajah Putih” itu terus-menerus diguncang krisis politik.

Krisis terakhir dipicu upaya pemerintah mengegolkan rancangan undang-undang yang membuka peluang Thaksin terbebas dari hukuman dan mendapat pengampunan. Thaksin kini berada dalam pelarian di Uni Emirat Arab.

Kelompok oposisi juga menuduh Yingluck selalu disetir Thaksin dalam menjalankan roda pemerintahannya. Oposisi juga menuduh pemerintahan Yingluck korup.

Dalam ketegangan terakhir, setidaknya 5 orang tewas dan 289 orang terluka selama sebulan huru-hara. Ketegangan sempat mereda pada Kamis lalu saat Raja Bhumibol Adulyadej merayakan hari ulang tahunnya yang ke-86.

Rangkaian demonstrasi sebulan terakhir ini dipimpin politisi dan mantan anggota parlemen Suthep Thaugsuban yang mendesak Yingluck dan pemerintahannya segera mengundurkan diri.

Wartawan Kompas, Elok Dyah Messwati, dari Bangkok, Sabtu (7/12), melaporkan, Suthep akan berjalan kaki long march dari Kompleks Pemerintah Thailand di Chaeng Watthana sepanjang hampir 20 kilometer menuju Gedung Parlemen di pusat kota Bangkok.

Hal tersebut dikemukakan juru bicara The People’s Democratic Reform Committee, Akanat Promphan, di Bangkok, kemarin.

Upaya terakhir

Menurut Suthep, demonstrasi besar ini merupakan upaya terakhir karena pengunjuk rasa tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Mereka pun bertekad tidak akan kembali lagi ke Kompleks Pemerintah di Chaeng Watthana. Jika ada 1 juta warga Thailand berunjuk rasa, pengunjuk rasa anti-pemerintah menang. Jika tidak, para pemimpin unjuk rasa anti-pemerintah akan mengakui kekalahan dan menyerahkan diri kepada polisi.

Siapa pun yang bekerja, mahasiswa yang berkuliah, pelajar bersekolah, semuanya diharapkan libur pada Senin besok dan bergabung dalam unjuk rasa besar-besaran tersebut. Jika tidak ingin terlibat unjuk rasa, mereka disarankan agar tetap tinggal di rumah karena akan terjadi kemacetan di mana-mana dan bisa saja terjadi huru-hara.

Pemimpin demonstran di Monumen Demokrasi Bangkok, Satit Wongnongtoei, kemarin, mengatakan, Pemerintah Thailand selalu mengatakan bahwa Suthep telah melarikan diri. ”Kami tunjukkan Senin besok bahwa Suthep tidak melarikan diri,” katanya.

Sementara itu, di tempat yang sama pada Jumat malam, intelektual Bangkok yang juga seorang aktor, Dr Seri Wongmonta, senada dengan Suthep. Ia mengajak semua komponen masyarakat untuk bergabung dalam aksi hari Senin besok.

”Anda mau berjuang sekarang atau selamanya menjadi budak Thaksin yang sudah korupsi demikian banyak? Kita harus mengakhiri rezim Thaksin saat ini juga. Apa yang sudah pemerintah lakukan selama ini? Biaya hidup semakin tinggi, kita harus mengembalikan kekuasaan kepada rakyat. Kita harus bergerak tanpa kekerasan,” kata Wongmonta.

Seorang dokter dari Rumah Sakit Siriraj, dr Kittina Kungvivatana, yang menjadi sukarelawan di tenda kesehatan di Monumen Demokrasi, mengatakan, ia mendukung gerakan anti-pemerintah Thailand karena tidak menyukai sistem Thaksin.

”Apa yang Thaksin lakukan hanya untuk kepentingannya sendiri. Sekarang ini dokter-dokter yang bekerja di rumah sakit swasta dipaksa pindah ke rumah sakit umum. Kenapa? Itu karena keluarga Thaksin memiliki saham di rumah sakit umum tersebut. Rumah sakit pemerintah sudah go public dan mereka mempunyai saham di sana. Itu baru satu hal di sektor kesehatan masyarakat. Belum lagi sektor-sektor lain,” kata Kittina.
Tanpa korupsi

Ia berharap, dengan aksi unjuk rasa ini, Yingluck akhirnya berhenti dari jabatannya. ”Saya ingin seseorang bisa membawa maju negeri ini. Tanpa korupsi memang sesuatu yang sangat tidak mungkin, tetapi setidaknya sedikit korupsi mungkin akan
lebih baik. Thaksin itu sangat pandai, tetapi perilakunya buruk. Dia seolah peduli kepada orang miskin, tetapi sebenarnya yang ia berikan itu uang rakyat juga, bukan uangnya sendiri,” kata Kittina.

Wartawan Bangkok Post, Thanes Nunman, berpandangan, sebenarnya sistem pemerintahan atau sistem politik Thailand sudah baik, hanya saja orang-orang yang menjalankannya yang tidak baik. Selain itu, penegakan hukum sangat lemah.

”Yingluck itu sebenarnya tahu yang sedang terjadi, tetapi dia pura-pura tidak tahu. Dalam banyak jumpa pers, jika ditanya wartawan, dia selalu menjawab: ’Saya tidak tahu. Nanti saya tanyakan dulu kepada menteri.’ Bagaimana mungkin dia tidak tahu, padahal dia seorang perdana menteri,” kata Thanes.

Seorang pengusaha, Sherry Lertchaiprasert Papa, mengatakan, yang Thaksin lakukan selama ini tidak benar. Dia dan kroni-kroninya hanya memperkaya diri sendiri. ”Korupsinya besar-besaran, lebih dari 30-40 persen, dan semua orang di sini tahu tentang hal itu. Yingluck adalah sosok yang tepat untuk menjadi perdana menteri karena tidak tahu apa-apa tentang Thailand. Dia sebut Kota Hatyai sebagai provinsi,” kata Sherry.

Karena tak bisa bergabung setiap hari dengan para pengunjuk rasa di Monumen Demokrasi, Sherry dan sejumlah temannya patungan menyumbangkan uang dan nasi kotak untuk konsumsi para demonstran. ”Karena kami tak bisa terus-menerus bergabung, inilah cara yang bisa kami lakukan. Rakyat Thailand semua mencintai Raja Rama IX (Raja Bhumibol Adulyadej). Oleh karena itu, kemarin saat ulang tahun Raja kami semua turut keluar rumah merayakannya. Namun, Thaksin justru mendiskreditkan Raja. Itu yang tak disukai rakyat,” kata Sherry. (AFP/JOY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com