Salin Artikel

Demo Hong Kong Berlanjut, Mahasiswa Berencana Boikot Perkuliahan selama 2 Pekan

Aksi demo telah mewarnai kota Hong Kong selama tiga bulan terakhir, dengan kalangan mahasiswa menjadi yang terbanyak melakukan aksi turun ke jalan hampir setiap hari.

Para pemimpin kelompok mahasiswa itu, yang mewakili sebagian besar kampus ternama di Hong Kong, mengatakan jika para mahasiswa akan melewatkan perkuliahan selama dua pekan, dimulai pada awal semester baru, yang dijadwalkan pada 2 September hingga 13 September.

"Waktu dua pekan seharusnya cukup bagi pemerintah untuk benar-benar memikirkan bagaimana mereka harus merespons," kata David Wong, penjabat presiden Persatuan Pelajar Universitas Hong Kong.

"Karena situasi yang semakin intens, kami percaya kondisi sosial akan membawa lebih banyak mahasiswa dalam aksi boikot ini," lanjutnya, Kamis (22/8/2019), seperti dikutip AFP.

Para mahasiswa juga mengancam bakal melakukan tindakan lebih jauh jika pemerintah tidak segera menanggapi lima tuntutan pengunjuk rasa, yakni di antaranya pencabutan UU Ekstradisi yang kontroversial, serta penyelidikan independen atas dugaan pelanggaran polisi selama menangani aksi protes.

Wong mengatakan, para mahasiswa akan didorong untuk meluangkan waktunya agar dapat memahami apa yang sedang terjadi di masyarakat dan apa yang harus mereka lakukan demi masa depan kota mereka.

Selama aksi unjuk rasa yang telah digelar berminggu-minggu, kalangan mahasiswa menjadi yang paling menonjol menyuarakan aspirasi mereka.

Aksi demo di kota Hong Kong telah memasuki pekan ke-12 dan dalam beberapa hari terakhir kerap diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan.

Salah satu aksi pada Rabu (21/8/2019) malam digelar di kawasan stasiun MRT di Yuen Long.

Dalam protes kali ini, massa demonstran melakukan aksi duduk untuk memperingati insiden penyerangan terharap para pengunjuk rasa oleh sekelompok pria tak dikenal pada 21 Juli lalu.

Para pengunjuk rasa menuntut agar segera dilakukan penyelidikan terhadap pelaku penyerangan yang menyebabkan lebih dari 40 orang terluka itu.

Pada hari terjadinya insiden, polisi Hong Kong dinilai lambat dalam merespons sehingga memicu isu bahwa polisi dan pelaku penyerangan telah berkolusi.

Pihak kepolisian langsung membantah tuduhan itu, namun kepercayaan warga terhadap pasukan keamanan telah jatuh ke titik terendah, terutama usai polisi dituding menyalahgunakan kekuatan dalam menghadapi para pengunjuk rasa.

Sementara belum ada perkembangan atas kasus penyerangan di Yuen Long, polisi mengatakan bahwa mereka telah menangkap 28 orang yang diduga berkaitan dengan insiden itu.

Kawasan Yuen Long berada di New Territories, Hong Kong, sebuah kawasan pedesaan dengan banyak desa di sekitarnya.

Kawasan itu dikenal karena memiliki koneksi dengan triad, sebuah kelompok kriminal terorganisir. Wilayah itu juga diketahui menjadi kawasan penduduk yang pro-Beijing.

Hong Kong telah jatuh ke dalam krisis terburuk sejak 1997, ketika wilayah itu diserahkan kembali oleh Inggris ke pemerintah China.

Krisis dipicu oleh warga Hong Kong yang menolak RUU Ekstradisi yang memungkinkan untuk dilakukannya ekstradisi dari Hong Kong ke China dan pemerintahan lainnya. RUU kontroversial itu telah ditangguhkan, namun gerakan unjuk rasa telah berkembang menjadi menuntut reformasi demokrasi secara luas.

Pemerintah Hong Kong sejauh ini masih tegas menolak tuntutan para pengunjuk rasa, termasuk membatalkan RUU ekstradisi sepenuhnya, pengunduran diri pemimpin eksekutif kota Carrie Lam, serta menuntut penyelidikan independen terhadap tindakan keras polisi selama menghadapi pengunjuk rasa.

https://internasional.kompas.com/read/2019/08/23/06342631/demo-hong-kong-berlanjut-mahasiswa-berencana-boikot-perkuliahan-selama

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke