Salin Artikel

Puluhan Tahun Tinggal di Jerman, Begini Kisah WNI saat Pemilu

Di Jerman, terdapat tiga PPLN yaitu di Hamburg, Berlin dan Frankfurt sehingga warga yang berhak mengikuti pemungutan suara dapat menyesuaikan dengan tempat tinggal mereka.

Berdasarkan pengamatan tim Deutsche Welle, TPS di Berlin ditata mulai pukul 05.00 waktu setempat. Panitia terlihat menggotong kotak suara ke dalam gedung. Makanan juga mulai dipersiapkan.

Sebagai informasi, ini adalah TPS terbesar di Eropa, sekitar 1.300 orang akan datang untuk mencoblos langsung. Sementara untuk pemilih melalui lewat pos sudah ada 456 suara yang masuk.

Menjelang pukul 08.00, suasana di luar gedung sudah mulai ramai. Banyak warga Indonesia yang tinggal di wilayah sekitar Berlin berdatangan, terutama mahasiswa. Setiap pemilih diberi alokasi waktu tertentu, jadi tidak bisa datang begitu saja.

Di pintu, pemilih akan melalui pemeriksaan paspor dan surat C6, serta jadwal alokasi waktu. Hingga pukul 11.00 waktu setempat, sudah ada sekitar 500 orang datang untuk mencoblos.

Salah seorang warga yang datang memilih adalah Winar Sunardi (64) warga Indonesia yang sudah tinggal di Berlin sejak 1974. Dia mengaku sudah mengikuti pemilu sekitar 5-6 kali di negara itu.

"Saya masih warga negara Indonesia dan saya peduli tentang perkembangan di Indonesia yang kian membaik," ujarnya.

Meski memiliki keterbatasan mobilitas dan harus ditopang dengan tongkat ketika berjalan, Winar mengaku sengaja datang memilih langsung di TPS dan bukannya melalui pos karena menyukai suasana di TPS.

"Saya senang kumpul dengan adik-adik dan melihat persiapan yang baik," ujarnya.

Winar juga mengingatkan, tidak semua negara memberikan hak bersuara seperti ini kepada warganya sehingga dia menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Selain itu, ada pula Rudi Hardiman yang telah tinggal di Jerman sejak 1984 juga berperan menjadi saksi pemilu tahun ini.

"Kebetulan saya punya rasa idealisme, mencoba memberikan sedikit kontribusi untuk tanah air. Semoga dengan adanya demokrasi kita bisa menemukan kepala negara yang lebih ideal, yang lebih memperhatikan rakyatnya," ujar Rudi.

Ketua PPLN Berlin Roni Soesman mengatakan, jumlah pemilih berdasarkan data terakhir adalah sebanyak 2.184 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 1.372 orang di antaranya memilih untuk menyalurkan hak demokrasi mereka melalui TPS.

"Sisanya menggunakan metode pos. Pada pemilu tahun ini PPLN Berlin tidak menggunakan KSK karena memang rata-rata pemilih sudah dapat dijangkau dengan dua metode lainnya, yaitu TPS dan pos”, demikian penjelasan Roni.

Sementara di Hamburg, suasana di TPS juga terlihat ramai didatangi warga yang ingin mencoblos secara langsung.

Antusiasme di Frankfurt

Di kota Frankfurt, antusiasme warga Indonesia untuk mencoblos juga terlihat tinggi, meski cuaca sangat dingin, yang tercatat hanya berkisar 4 derajat Celsius.

Lokasi pemilihan di Frankfurt dilakukan di Haus am Dom di pusat kota yang juga menjadi tujuan utama wisatawan mancanegara.

Salah seorang pemilih yaitu Alisya Husna Haque (22) mengaku mendatangi TPS secara langsung karena ingin merasakan pengalaman mencoblos di luar negeri.

“Dari rumah cuma 15 menit, kenapa tidak datang saja daripada pakai pos. Saya ingin benar-benar rasanya nyoblos masuk bilik," katanya.

"Enggak menyangka ternyata banyak yang datang dari luar kota. Enggak menyangka juga seantusias itu kita dalam berdemokrasi,” ujar perempuan asal Surabaya itu.

Konsul Jenderal RI di Frankfurt, Toferry P. Soetikno, menyambut baik pemungutan suara yang secara garis besar berlangsung lancar di Frankfurt serta suasana yang cair dan tidak terpolarisasi.

"Suasanya aman, tidak terlihat grouping-grouping, siapa pilih siapa, suasana sangat cair. Saat pemilihan juga suasana sangat lancar," tuturnya.

"Meski antrian sempat banyak tapi tertib. Masyarakat saling tegur sapa, KJRI ingin terus melihat pemilu yg menyatukan kita bukan untuk memecah," imbuhnya.

Meski suasana lancar, terdapat beberapa warga yang kecewa karena tidak bisa mencoblos langsung di TPSLN di Frankfurt, salah satunya adalah perempuan asal Tangerang bernama Sutarni (50).

"Saya lagi tur, sudah minta surat dari KPU di Indonesia jadi saya pilih di Jerman karena jadwal hari ini di Jerman," katanya.

"Saya disuruh registrasi ulang karena kalau sekarang diloloskan PPLN bilang mereka menyalahi aturan, dan saya bisa nyoblos apabila surat suara masih ada," ujarnya.

Diperkirakan akan ada sekitar 500 orang yang akan mencoblos langsung di TPS Frankfurt.

https://internasional.kompas.com/read/2019/04/14/17044301/puluhan-tahun-tinggal-di-jerman-begini-kisah-wni-saat-pemilu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke