Salin Artikel

Anggota ISIS Asal Irlandia, Kisahkan Hari-hari Terakhir Kelompok Itu

Dia menceritakan rasa lapar dan takut yang dialaminya saat misil dan bom berjatuhan di pertahanan terakhir ISIS di Suriah.

"Saya mengira kami akan mati karena kelaparan," ujar pria 46 tahun yag ditangkap saat kabur dari wilayah timur Suriah.

Alexandr mengatakan, dia kabur ke wilayah yang dikuasai pasukan Kurdi, yang kemudian menangkap dia dan empat anggota lain ISIS yang kabur bersamanya bulan lalu.

Dengan didukung serangan udara koalisi pimpinan AS, pasukan Tentara Demokratik Suriah (SDF), sejak September lalu menghantam pertahanan terakhir ISIS di dekat perbatasan Irak-Suriah.

Pria yang kini ditawan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) itu menggambarkan saat-saat bangunan pertahanan ISIS runtuh di sekitarnya.

"Sejak musim panas pengeboman terus terjadi hampir setiap hari," ujar Alexandr yang lahir dari ayah berdarah Uzbek dan ibu dari Belarus itu.

Kantong pertahanan ISIS itu disebut Hajin dan kini dikepung pasukan SDF. Di tempat itu sudah tak ada apa-apa lagi, tepung tak ada dan daging amat mahal.

Alexandr menambahkan, bersama istri dan anaknya yang berusia lima tahun mereka terpaksa makan roti yang dibuat dari sekam dan pernah mereka harus makan rumput.

"Sayuran? Saya harap ada sayuran. Tak ada apa-apa sama sekali. Kami bahkan harus makan rumput," ujar pria berjanggut itu.

Di saat pasukan gabungan AS dan SDF terus maju dan merebut desa demi desa, Alexandr dan keluarganya terpaksa kabur jauh hingga ke wilayah ISIS.

"Saya meninggalkan rumah karena SDF sudah berada 800 meter dari rumah saya di desa Kishmeh," kata dia.

Dia dan keluarganya kabur menyusuri sisi timur Sungai Eufrat hingga ke desa Al-Shaafa. Di sana mereka menginap dan tidur di sebuah masjid.

Dari desa itu, mereka bersama serombongan besar perempuan dan anak-anak kembali kabur dipandu seorang pemuda untuk menghindari ladang ranjau.

"Kami pikir jika dengan kelompok besar akan lebih aman sebab mereka (SDF) akan melihat banyak orang terutama anak-anak," ujarnya.


Alexandr mengatakan, dia sudah 5,5 tahun berada di Suriah, sebelum istri dan anaknya menyusul.

Dia mengklam tidak berniat bertempur dengan ISIS dan bekerja sebagai pengemudi ambulans selama satu tahun pada 2014-2015.

Namun, tidka jelas apa yang dikerjakannya di Suriah setelah tidak menjadi pengemudi ambulans.

Dia mengatakan, seorang komandan ISIS menyita paspornya. Padahal pada awal 2015, Alexandr sudah berniat meninggalkan Suriah bersama istri dan anaknya.

Alexandr memeluk Islam di Uzbekistan saat berusia 20-an setelah kakak laki-lakinya bunuh diri.

Dia kemudian tinggal dan bekerja di Irlandia selama lebih dari 10 tahun. Dia menjual pakaian pria dan menjadi staf keamanan sebuah klub malam.

Pada 2010, Alexandr resmi menjadi warga negara Irlandia. Dua tahun kemudian, setahun setelah perang saudara Suriah pecah, Alexandr kehilangan pekerjaannya.

Dia mengaku menjadi depresi akibat kondisinya tersebut.

"Saat itu saya mengira harus membantu sesama Muslim jadi saya memutuskan berangkat ke Suriah pada September 2013," kata dia.

Empat bulan setelah pria ini menetap di Suruah istri dan anaknya yang saat itu berusia 10 bulan bergabung.

Setelah wilayah ISIS kian menyempit akibat serangan pasukan koalisi, Alexandr menggambarkan keputusannya untuk pergi ke Suriah adalah sebuah kesalahan.

"Di mana orang bernama Abu Bakr al-Baghdadi? Dia mana dia? Ini pertanyaan saya," ujar Alexandr putus asa.

"Saya tidak berbuat apa-apa. Saya hanya ingin pulang. Saya berharap mereka tak akan meninggalkan saya," tambahnya.

Alexandr ditangkap pasukan SDF karena dicurigai sebagai anggota ISIS yang mencoba kabur dengan menyamar sebagai pengungsi.

Alexandr dicurigai memiliki tujuan untuk kabur dan membangun sel tidur ISIS untuk menjalankan serangan di masa depan.

https://internasional.kompas.com/read/2019/01/30/11584731/anggota-isis-asal-irlandia-kisahkan-hari-hari-terakhir-kelompok-itu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke