Salin Artikel

Begini Panduan Cara Berunding dengan Korut

Apalagi, Presiden AS Donald Trump mengakui kalau Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA), Mike Pompeo, bertemu dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un.

Namun, pendekatan Trump yang dikenal bombastis sempat menimbulkan kekhawatiran bahwa pertemuan itu bisa batal terlaksana.

Apalagi, sepanjang 2017, Trump dan Kim saling mengeluarkan komentar pedas, di mana Trump menyebut Kim sebagai "Si Pria Roket".

Kim kemudian membalas presiden 71 tahun tersebut sebagai "orang tua yang mempunyai penyakit mental".

Diwartakan BBC Rabu (18/4/2018), tiga pakar Korut mencoba memberi panduan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan ketika berunding dengan Kim ataupun Korut.

"Akan menjadi awal yang bagus jika mulai menyebut nama resmi negara itu, Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)," kata pakar perjalanan Korut, James Finnerty.

Finnerty menjelaskan, penyebutan "Korut" memang tidak akan membuat tersinggung negara komunis tersebut.

Namun, selama ini, Korut merasa kalau mereka adalah pemerintahan yang sah atas seluruh Semenanjung Korea. "Menyebut Korut bakal sedikit merendahkan mereka," kata Finnerty.

Sebelum memulai negosiasi, Finnerty berujar ada baiknya sedikit berbasa-basi mengingat AS tidak memahami Korut secara utuh.

Dia menyebut, film Titanic termasuk yang populer di sana. Selain itu, orang Korut diketahui juga menyukai penyanyi pop seperti Michael Jackson atau Celine Dion.

John Everard, mantan Duta Besar Inggris untuk Korut berujar, ketika memulai negosiasi, AS harus waspada kalau Korut bakal berusaha menguasai agenda perundingan.

"Mereka bakal mencoba mengubah materi perundingan. Mereka bakal mencoba mengubah waktu dan tempat supaya Anda goyah," ujar diplomat 61 tahun tersebut.

Selama masa perundingan, Everard menjelaskan kalau definisi tentang denuklirisasi Korut belum tentu sama dengan AS.

"Perlu ditekankan kehati-hatian ketika berbicara, karena ada kemungkinan makna tersebut bisa kembali bergeser," tutur Everard.

Diplomat yang menjadi dubes di Korsel pada periode 2006-2008 itu melanjutkan, kesepakatan yang sudah terjalin belum bisa disebut "kesepakatan" hingga Korut mengakuinya.

Bahkan, AS harus berhati-hati bahwa terdapat kemungkinan negeri komunis tersebut hanya sekadar mengucapkan perkataan manis.

"Konsep kesepakatan yang diyakini Korut berbeda dari kesepakatan seperti pasar real estate di New York," papar Everard kembali.

Penulis sekaligus pelarian dari Korut, Lee Hyeon Seo berujar, sampai proses denuklirisasi selesai, sanksi terhadap Pyongyang harus terus diberlakukan.

Lee juga berkata agar Trump tidak mengejek Kim seperti sebutan "Si Pria Roket" yang dia lakukan pada 2017 lalu.

"Sebab, ini merupakan perundingan kedua negara. Bukan agenda membalas kicauan di media sosial," kata Lee menjelaskan.

https://internasional.kompas.com/read/2018/04/19/15511371/begini-panduan-cara-berunding-dengan-korut

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke