Salin Artikel

Tingkat Popularitas Presiden Macron Terus Turun, Ada Apa?

Data itu menyusul penurunan tajam 10 poin pada bulan sebelumnya. Demikian hasil sebuah jajak pendapat yang dikeluarkan di Paris, Minggu (27/8/2017).

Perdana Menteri Edouard Philippe juga mengalami penurunan popularitas. Dia turun sembilan poin pada periode yang sama.

Sementara, ada 47 persen responden mengaku sekarang puas dengan penampilannya. Jaja pendapat ini digelar Ifop untuk surat kabar Journal du Dimanche.

Diberitakan AFP, Macron telah melihat popularitasnya turun 22 poin sejak polling Ifop pertama yang diterbitkan tiga bulan lalu.

Dia menikmati peringkat 62 persen, sesaat setelah kemenangannya pada pemilihan 7 Mei lalu.

Baca: Habiskan Rp 414 Juta untuk Rias Wajah, Presiden Macron Dihujani Kritik

Pada rentang yang sama di tahun 2012, pendahulunya Francois Hollande memiliki peringkat popularitas jauh lebih tinggi dari 54 persen, sementara Nicolas Sarkozy 67 persen lebih tinggi di tahun 2007.

Jurubicara Pemerintah Perancis, Christophe Castaner mengakui adanya kesulitan. Dia mengatakan, lebih banyak upaya diperlukan untuk menjelaskan perubahan kebijakan yang diajukan oleh Macron.

"Kami belum memberi cukup makna, penjelasan ,atau edukasi tentang berbagai hal," kata Castaner.

Pada bulan Agustus, 36 persen responden mengatakan mereka agak puas dengan Macron, turun 11 poin, dan empat persen sangat puas, atau turun tiga poin.

Macron, yang kini baru berusia 39 tahun sebelumnya telah mendapat kecaman karena gaya monarki di kantornya, dan upaya untuk mengurangi belanja publik.

Penyebab

Rencana Macron untuk melakukan perbaikan besar-besaran terhadap undang-undang ketenagakerjaan, menghadapi ujian dari serikat pekerja dan kelompok sayap kiri, bulan depan.

Macron memandang hal itu penting demi meningkatkan investasi dan memperbaiki lingkungan bisnis di Perancis.

Namun, Partai CGT yang berhaluan keras dan komunis menyerukan pemogokan satu hari pada 12 September mendatang.

Sementara partai kiri Jean-Luc Melenchon menetapkan tanggal 23 September sebagai tanggal sebuah demonstrasi anti-Macron besar di Paris.

"Pada tanggal 23 September, rakyat Perancis perlu berbaris di Paris melawan kudeta anti-demokrasi yang sedang diatur melawan sistem sosial kita."

Demikian dikatakan Melenchon kepada kerumunan orang di Marseille, hari ini.

Melenchon menambahkan, orang-orang Perancis belum memberikan kekuasaan penuh kepada Macron. Meskipun, dia memenangi pemilihan presiden dua tahap pada bulan April dan Mei.

Menanggapi kondisi terbaru ini, Macron, yang selama ini hanya memberikan sedikit untuk wawancara sejak mengambil alih kekuasaan, berjanji untuk berbicara secara teratur di bulan-bulan mendatang.

Sebelumnya, Macron memulai masa jabatannya dengan sengaja menghindari media.

Pada hari Senin, Macron menyambut para pemimpin Afrika dari Chad, Niger, dan Libya, serta rekan-rekannya dari Jerman, Spanyol, dan Italia.

Diperkirakan pembahasan yang mengemuka dalam pertemuan itu adalah fokus untuk memotong migrasi ilegal ke Eropa.

Pada hari Selasa, Macron akan berbicara dalam pertemuan tahunan duta besar Perancis di Paris.

Dalam pertemyan ini, Macron akan menyampaikan prioritas kebijakan luar negerinya untuk tahun depan, di muka 200an utusan.

Survei Ifop terhadap 1.023 orang ini dilakukan secara online, dan melalui telepon pada tanggal 25 dan 26 Agustus lalu.

Baca: Macron Tunjuk Edouard Philippe Jadi Perdana Menteri Perancis

https://internasional.kompas.com/read/2017/08/27/22283581/tingkat-popularitas-presiden-macron-terus-turun-ada-apa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke