Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh Pemberontak MNLF Misuari Temui Duterte demi Ucapkan Terima Kasih

Kompas.com - 03/11/2016, 17:43 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Nur Misuari, pendiri Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) menempuh perjalanan udara sejauh 900 kilometer, dari wilayah hutan di selatan Filipina ke Manila, untuk bertemu Presiden Rodrigo Duterte.

Misuari, tokoh paling berpengaruh dalam gerakan pemberontak Muslim di Filipina selama puluhan tahun, Kamis (3/11/2016), menyuarakan sikapnya atas upaya perdamaian yang diambil Duterte.

Lelaki berusia 77 tahun itu memberikan dukungan setelah Duterte menangguhkan dakwaan sebagai pemberontak terhadap Musuari.

Diberitakan AFP, pertemuan antara Misuari dan Duterte pun menjadi kabar yang mengejutkan di Filipina. 

"Saya datang ke sini untuk berterima kasih kepada beliau karena telah mengembalikan kebebasan saya meskipun hanya sebagian," ungkap Misuari.

"Jika Presiden membutuhkan kerja sama dari kami untuk mendukung kampanye damai yang digagasnya, kami sangat bisa diandalkan," tegas dia lagi. 

Misuari menjadi buronan dan bersembunyi dari kejaran aparat setelah dia dituduh melakukan serangan terhadap warga sipil di Kota Zamboanga tahun 2013.

Kejadian ini memicu pertempuran selama tiga minggu dan dikabarkan merenggut 200 korban jiwa. 

Pemerintahan yang dipimpin Presiden Benigno Aquino melayangkan tuduhan pemberontak terhadap Misuari.

Namun, dia tetap bisa berkeliaran bebas di wilayah Pulau Jolo di selatan Filipina yang menjadi basis kekuatan MNLF. Selama itu pula, dia dilindungi oleh para pengikut bersenjata.

Misuari mendirikan MNLF di tahun 1972 untuk mengobarkan perang gerilya dalam upaya mendirikan sebuah negara Islam di selatan Filipina.

Sebagian besar kaum minoritas Muslim Filipina memang tinggal di wilayah selatan Mindanao.

Konflik, yang juga melibatkan kelompok pemberontak lainnya, diyakini telah menewaskan lebih dari 120.000 jiwa. Kondisi itu berdampak kepada Mindanao yang menjadi wilayah termiskin di Filipina.

Misuari pernah menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah pada 1996, sebagai balasan atas dibangunnya wilayah muslim di selatan, dan dia menjadi Gubernur. 

Kendati demikian, konflik yang dikobarkan pemberontak Moro, yang memiliki tak kurang dari 10.000 pasukan bersenjata, terus bergulir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com