Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 10,6 Triliun Uang ISIS Musnah akibat Serangan Udara Koalisi AS

Kompas.com - 27/04/2016, 15:27 WIB

MOSUL, KOMPAS.com — Sejumlah lokasi penyimpanan uang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang menampung sedikitnya 800 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 10,6 triliun, musnah akibat rangkaian serangan udara AS.

Mayor Jenderal Peter Gersten, yang menjabat deputi komandan operasi militer dan intelijen pasukan koalisi AS melawan ISIS, mengaku telah terjadi 20 serangan udara koalisi terhadap tempat penyimpanan uang militan tersebut.

Salah satu serangan, menurut Gersten, menghancurkan sebuah rumah di Mosul, Irak utara, yang menyimpan uang sekitar 150 juta dollar AS.

Gersten mengatakan, pihaknya menerima informasi yang mengindikasikan ruangan yang menjadi tempat penyimpanan uang. Ruangan itu kemudian dibom dari udara.

Secara keseluruhan, Gersten memperkirakan, jumlah uang yang musnah sebesar 500 juta dollar AS hingga 800 juta dollar AS.

Gersten tidak menyebutkan secara spesifik mengenai cara AS mengetahui berapa jumlah uang yang telah dihancurkan.

Pemusnahan uang itu, diklaim Gersten, berdampak pada peningkatan pembelotan hingga 90 persen dan anjloknya angka perekrutan anggota baru.

ISIS, sebagaimana dipaparkan Departemen Keuangan AS pada 2014, merupakan "kelompok teroris yang sumber pendanaannya paling besar".

Jumlah kekayaan kelompok itu tidak diketahui secara persis. Namun, setelah ISIS merampas sejumlah ladang minyak dan menerapkan pajak, dana anggaran mereka diperkirakan mencapai 2 miliar dollar atau setara Rp 26,4 triliun dan surplus 250 juta dollar tahun lalu.

Akan tetapi, selama beberapa bulan terakhir, ladang-ladang minyak ISIS menjadi target pasukan koalisi pimpinan AS, dan kelompok itu kehilangan beberapa daerah kekuasaan.

Kesulitan dana

Markas Mayjen Peters Gersten berbasis di Baghdad, Irak. Dia mengatakan, laporan intelijen AS mengindikasikan bahwa ISIS menghadapi kesulitan dana tunai sehingga mulai menjual kendaraan untuk mendapat uang.

Bahkan, Januari lalu, seperti dilaporkan organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), yang berbasis di London, Inggris, ISIS telah mengumumkan pemangkasan gaji milisi hingga setengah "karena kondisi khusus yang dialami ISIS".

"Kami melihat keretakan pada moral mereka. Kami melihat ketidakmampuan mereka untuk membayar. Kami melihat ketidakmampuan bertempur. Kami melihat mereka mencoba meninggalkan Daesh dengan segala cara," kata Gersten, menyebut ISIS dalam bahasa Arab.

Beberapa pembelot yang ditangkap, kata Gersten, menyamar sebagai perempuan atau sebagai pengungsi di Irak.

Jumlah orang yang datang bertempur untuk ISIS pun telah menurun. Menurut Gersten, saat ini, jumlahnya sebanyak 200 orang per bulan, jauh dari catatan tahun 2014, yakni 1.500 hingga 2.000 orang per bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com