Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Saudi Tolak Undangan Obama

Kompas.com - 11/05/2015, 14:02 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com — Raja Salman dari Saudi menolak undangan untuk menghadiri pertemuan puncak yang diselenggarakan Presiden Barack Obama, di tengah kecemasan terkait negosiasi nuklir AS-Iran.

Obama telah mengundang enam raja, emir, dan sultan Teluk ke tempat peristirahatan kepresidenan di Camp David, dalam upaya untuk meningkatkan kepercayaan yang sedang goyah saat Washington melakukan negosiasi dengan Teheran.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, Salman akan absen dari pertemuan itu "karena waktu pertemuan tersebut, jadwal gencatan senjata kemanusiaan di Yaman, dan pembukaan Pusat Bantuan Kemanusiaan Raja Salman".

Rencana Obama itu kini berantakan karena hanya dua kepala negara yang dijadwalkan akan menghadiri pertemuan pada hari Kamis tersebut. Kedutaan Arab Saudi di Washington, Minggu (10/5/2015), mengatakan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Nayef yang baru saja diangkat akan memimpin delegasi Saudi ke pertemuan itu. Putra raja yang berjiwa muda, yaitu Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang disebut-sebut sebagai calon raja masa depan, dan yang telah mendorong operasi militer di Yaman baru-baru ini, juga akan hadir.

Sampai Jumat malam, para pejabat AS mengatakan bahwa mereka mengharapkan Salman datang ke Washington. Mereka saat itu belum mengetahui perubahan rencana itu.

Raja Bahrain Hamad bin Issa al-Khalifa, menurut sejumlah pejabat, Minggu, juga akan absen dari pertemuan itu. Penggantinya adalah putra mahkota kerajaan tersebut. Ini berarti, Obama kemungkinan hanya akan bertemu para pemimpin Kuwait dan Qatar.

Gedung Putih berharap pertemuan tersebut akan meredakan kegelisahan mendalam terkait pembicaraan dengan Iran. Negara-negara Teluk telah melihat pembicaraan dengan Iran itu sebagai sebuah tawar-menawar model Faustian (sebuah perjanjian ketika seseorang meninggalkan nilai-nilai spiritual atau prinsip-prinsip moralnya demi mendapatkan kekayaan atau manfaat lainnya).

Sejumlah pejabat Teluk telah mendesak Amerika Serikat untuk memasok senjata canggih, seperti jet tempur siluman F-35, serta jaminan keamanan tertulis dalam menghadapi ancaman Iran.

Kesepakatan nuklir Iran, yang bisa disepakati pada Juni, akan mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan sanksi yang diperlonggar dan dana senilai lebih dari 100 miliar dollar AS (setara Rp 1.300 triliun).

Negara-negara Teluk takut, uang itu dapat digunakan oleh angkatan bersenjata atau untuk dukungan lebih lanjut bagi kelompok Syiah di kawasan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com