ADDIS ABABA, KOMPAS.com - Seorang penulis pemenang penghargaan, arkeolog, dan tim bantuan kemanusiaan termasuk di antara 157 orang yang tewas dalam kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines.
Jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 selang beberapa menit setelah lepas landas dari Addis Ababa juga menjadi duka besar bagi PBB.
Berikut ini beberapa kisah dari para korban tragedi kecelakaan pesawat maskapai Ethiopian Airlines:
Arkeolog asal Italia Sebastiano Tusa (66) menjadi salah satu korban tewas. Sebelumnya, dia menghabiskan waktu untuk menjelajahi dasar laut kepulauan Egadi di dekat Sisilia.
Baca juga: Boeing 737 MAX 8 Dikandangkan, Produsen Pesawat China Bisa Mujur?
Dia menemukan sebotol anggur yang berasal dari 1.000 tahun atau lebih, yang diyakini sebagai yang tertua di dunia.
Hasratnya terbesarnya dalam riset adalah Pertempuran Egadi, yang menentukan antara kekuatan Mediterania di Republik Romawi dan Kartago pada 10 Maret, 241 SM.
Stunned to hear that archaeologist Sebastiano Tusa was killed in the Ethiopian Airlines crash - I am a huge admirer of his work, particularly his research on the naval battle at the Egadi Islands, which I wrote an article section on less than 2 weeks ago. RIP to all the dead. pic.twitter.com/Jyv1LZKA0r
— Dr Jo Ball (@DrJEBall) 11 Maret 2019
"Ayah adalah pria yang mencintai pertempuran hebat. Dia tidak pernah menyerah. Dua tahun yang lalu dia mengalahkan tumor yang sangat agresif," kata putranya, Andrea Tusa, seperti dilansir dari AFP.
Anggota parlemen Slowakia Anton Hrnko kehilangan seluruh keluarganya dalam kecelakaan itu.
Dia kehilangan istrinya, putranya, dan putrinya. Perjalanan keluarganya direncanakan oleh sang putra, Martin, sebagai hadiah untuk adiknya, Michala.
Sementara istri Hrnko merupakan pengacara dengan spesialisasi real estate, sedangkan putrinya bekerja sebagai pakar IT di perusahaan produksi film.
"Dengan kesedihan yang mendalam, saya mengumumkan istri saya yang tercinta, Blanka, putra saya Martin dan putri saya Michala, meninggal dalam insiden di Addis Ababa pagi ini," tulis Hrnko di Facebook.
Dua peneliti, Doaa Atef dan Abdel Hamid El Farag, dari Desert Research Center yang berbasis di Kairo, Mesir, ikut penerbangan Ethiopian Airlines pada Minggu pagi.
Mereka bersiap untuk menempuh kursus pelatihan di Kenya.
"Saya ingat Doaa begitu bersemangat malam sebelum pergi, itu terakhir kali saya melihatnya. Dia sangat senang, dia seperti burung terbang," kata ayah Doaa, Atef Abdelsalam.
Christine Alolo bekerja dengan African Mission di Somalia, lembaga pasukan penjaga perdamaian yang berjuang untuk menjaga keamanan di negara itu.