Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/12/2017, 11:20 WIB

YERUSALEM, KOMPAS.com - Kehidupan di kota Yerusalem, yang diakui Presiden AS Donald Trump sebagai ibu kota Israel, "sangat berat" namun umat Islam dan Kristen Palestina bersatu menentang pendudukan.

Abeer Zayaad, seorang arkeolog yang bekerja di museum Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, mengatakan, di tengah sulitnya hidup di kota kelahirannya ini, warga Palestina tetap bersatu sebagai keluarga besar meski berbeda agama.

"Tak masalah apa agama kami, Protestan, Muslim, Katolik dan juga Yahudi, kami tetap satu ... orang Palestina, kami menghadapi masalah yang sama yaitu pendudukan Israel ... kami keluarga besar, kami ke sekolah bersama, kami hidup bersama," kata Abeer yang tinggal di Yerusalem Timur.

Aktifitas sehari-hari yang Abeer katakan sudah berat "bertambah parah" menyusul keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang memicu kerusuhan selama beberapa hari.

Baca juga : Tolak Langkah AS soal Yerusalem, Ini yang Akan Dilakukan Jokowi di KTT OKI

"Kalau ada orang yang datang dan bisa bertanya kepada setiap orang Palestina, mereka akan mendengar cerita mengerikan tentang kehidupan kami. Setiap tahun bertambah parah, bertambah tekanan terhadap kami agar kami angkat kaki dari Yerusalem," kata Abeer kepada wartawan BBC.

Menyusul pernyataan Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan warga Palestina harus "menerima" bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel agar dapat melangkah ke arah perdamaian.

Nentanyahu mengatakan Yerusalem telah menjadi ibu kota Israel selama 3.000 tahun dan "tak pernah menjadi ibu kota orang lain".

Ia juga menyatakan harapan bahwa Uni Eropa akan mengikuti langkah Trump.

Tetapi kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini mengatakan Uni Eropa tetap "bersatu" untuk mendukung Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan negara Palestina dan tak akan mengakui apa pun sampai ada perjanjian damai final.

Seorang pemuda Palestina beragama Kristen, Jonathan Abu Ali (21) seperti dikutip ABC mengatakan, hal senada dengan Abeer.

Dia mengatakan, Yerusalem adalah milik warga Palestina apa pun agamanya.

Baca juga : Malaysia Siap Kirim Pasukan Militer ke Yerusalem

"Tanah ini milik kami, sebagai orang Kristen, Yahudi dan Muslim. Orang luar tak boleh ikut campur urusan kami. Kami telah tinggal di sini selama berabad-abad sebagai saudara dan pemerintah menciptakan masalah," kata Jonathan.

"Masalah telah dimulai, dan saya rasa akan ada lagi lebih banyak kekerasan di seluruh negara," kata Jonathan yang bekerja di restoran di daerah kota tua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com