PYONGYANG, KOMPAS.com - Tindakan Korea Utara (Korut) yang terus mengembangkan program nuklirnya tidak hanya membuat gerah dunia Barat.
Namun, di dalam negerinya sendiri, muncul kekhawatiran program ini bakal mengganggu kondisi alam Korut.
Kekhawatiran itu muncul setelah sebuah studi menunjukkan terjadi kondisi geologis negatif di lokasi yang selama ini dijadikan lokasi uji coba nuklir.
Selama ini, lima dari enam tes peluncuran nuklir dilakukan di situs Punggye-ri, Gunung Mantap, wilayah barat daya Korut.
Situs 38North, seperti dikutip Sky News yang selalu memberikan perkembangan terkait Korut, memaparkan terjadi fenomena pada pada kawasan Punggye-ri.
Terutama sejak Korut melakukan tes terakhir pada 3 September, yang diklaim sebagai uji coba nuklir terbesar.
Baca: Trump Kecam Uji Coba Nuklir Korut serta Kritik Korsel dan China
Situs berita 38North memaparkan, terjadi tiga gempa berskala kecil pasca-tes tersebut.
Gempa pertama terjadi sesaat setelah tes. Kemudian dua gempa tersisa dengan skala lebih kecil terasa akhir September dan akhir pekan lalu.
Kemudian, dampak dari serangkaian uji coba itu, wilayah di sekitar ledakan memanjang hingga 1,4 kilometer.
Kondisi ini dinamakan "Sindrom Gunung Lelah", dengan batu-batu di sekitar situs Gunung Mantap menjadi rapuh dan gampang hancur.
Namun, 38North menambahkan, studi itu tidak menggoyahkan pemerintahan Kim Jong Un untuk terus memakai situs Punggye-ri sebagai lokasi tes peledakan nuklir.
Kim Jong Un sendiri awal bulan ini mengatakan, program nuklir Korut merupakan "pedang berharga" untuk menangkal semua agresi yang mengarah ke mereka.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.