Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Nicolaus Copernicus Meninggal Dunia

Kompas.com - 24/05/2017, 19:00 WIB

KOMPAS.com - Hari ini, 24 Mei 1543, Nicolaus Copernicus pakar matematika dan astronomi di zaman Renaisans asal Polandia meninggal dunia.

Salah satu buah pemikirannya yang paling terkenal adalah teori heliosentris yaitu Matahari menjadi pusat pergerakan alam semesta.

Teori ini bertentangan dengan keyakinan Gereja Katolik yang percaya bahwa Bumi adalah pusat alam semesta. Akibatnya, Copernicus menjadi musuh Gereja.

Nicolaus Copernicus lahir pada 19 Februari 1473 di Torun, Polandia yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara buah pernikahan Nicolaus Copernicus Sr dan Barbara Watzeronde.

Secara teknis Copernicus memiliki darah Jerman, tetapi pada saat dia lahir Torun di Prussia Barat dimasukkan ke dalam wilayah Polandia sehingga membuatnya menjadi warga Polandia.

Pada pertengahan 1480-an, ayah Copernicus meninggal dunia. Dia kemudian dipelihara sang paman dari garis ibu, Uskup Varmia Lucas Watzeronde.

Di bawah pemeliharaan Lucas, Copernicus dipastikan mendapat pendidikan terbaik di zaman itu.

Pada 1491, Copernicus diterima di Universitas Krakow di mana dia belajar menulis dan matematika. Dia juga mulai tertarik dengan alam semesta dan mulai mengoleksi buku-buku yang terkait ilmu tersebut.

Pada pertengahan dekade 1490-an Copernicus ditunjuk sebagai kanon di katedral Frombork, Polandia yang merupakan jabatan seumur hidup.

Ini merupakan keberuntungan karena jabatan itu memungkinkan Copernicus membiayai studinya selama dia mau. Namun, pekerjaan ini sangat menyita waktunya sehingga dia hanya bisa melakukan hobi akademisnya di waktu luang.

Pada 1496, Copernicus mengambil cuti dan bepergian ke Italia dan mendaftarkan diri ke program studi hukum agama di Universitas Bologna.

Di sana dia bertemu astronom Domenico Maroa Novara, keduanya kemudian langsung cocok dan saling bertukar ide dan pengamatan.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Christoforus Columbus Wafat

Pada 1501, Copernicus memperdalam ilmu kedokteran di Universitas Padua, tetapi dia tak terlalu lama belajar untuk mendapatkan gelar. Hal itu disebabkan cuti dua tahunnya sebagai kanon katedral sudah hampir berakhir.

Pada 1503, Copernicus datang ke Universitas Ferrara untuk mengikuti ujian doktoral dalam bidang hukum agama.

Pada 1510, Copernicus pindah dan tinggal di katedral Frombork dan dia tetap tinggal di sana hingga akhir hayatnya.

Sebelum tinggal di katedral Frombork, Copernicus tinggal di sebuah tempat bernama Lidzbark-Warminski selama beberapa tahun. Di tempat itulah Copernicus mendalami ilmu astronomi yang disukainya.

Di antara berbagai sumber yang dibacanya adalah sebuah karya Regiomontanus pada abad ke-15 berjudul Epitome of the Algamest, yang memberi alternatif model alam semesta Ptolomeus yang lekat dengan aliran geosentris.

Buku ini yang kemudian benar-benar memengaruhi riset-riset Copernicus selanjutnya.

Para pakar yakin pada sekitar 1508, Copernicus sudah mulai membangun model alam semestanya sendiri, sebuah sistem planet dengan matahari sebagai pusatnya atau heliosentris.

Hingga abad kedua Masehi, Ptolomeus menciptakan model sistem tata surya dengan gerakan melingkar yang aneh.

Teori Ptolomeus ini berbeda dengan pemikiran Aristoteles yang mengatakan benda-benda langit bergerak dalam sebuah gerakan melingkar yang tetap dan mengelilingi bumi.

Dalam upaya untuk menghilangkan inkonsistensi ini Copernicus menjadikan Matahari dan bukan Bumi sebagai pusat tata surya.

Selain itu, Copernicus juga yakin bahwa ukuran dan kecepatan tiap-tiap planet mengorbit tergantung jaraknya dari Matahari.

Meski teori Copernicus di masa itu dianggap sangat revolusioner tetap dipenuhi kontroversi, karena dia bukan astronomi pertama yang memunculkan teori heliosentris.

Beberapa abad sebelumnya, pada abad ketiga sebelum Masehi, astronom Yunani kuno Aristarchus dari Samos sudah menyebut matahari sebagai unit pusat yang dikelilingi Bumi.

Namun, teori ini disingkirkan di masa hidup Copernicus karena ide Ptolomeus lebih diterima Gereja Katolik yang sangat berpengaruh masa itu.

Meski demikian, sistem heliosentris Copernicus terbukti jauh lebih rinci dan akurat dibandingkan teori Aristarchus, termasuk adanya formula untuk menghitung posisi planet-planet di Tata Surya.

Pada 1513, untuk mendukung minatnya dalam astronomi, Copernicus kemudian membangun observatorium pribadi.

Meski demikian, hasil pengamatannya masih menyisakan kesimpulan yang kurang akurat salah satunya adalah planet mengorbit matahari dalam lingkaran sempurna.

Nantinya, astronom Jerman Johannes Kepler membuktikan bahwa orbit planet sebenarnya berbentuk elips.

Sekitar 1514, Copernicus menyelasaikan tulisannya Commentariolus atau Komentar Kecil, sebuah manuskrip setebal 40 halaman yang merangkum teori heliosentris dan formula matematika untuk membuktikan teori itu.

Manuskrip ini memuat tujuh pemikiran penting Copernicus dalam memaparkan teorinya ini. Ketujuh hal itu adalah:

1. Planet tak berputar mengelilingi satu titik yang diam.

2. Bumi bukan pusat tata surya.

3. Matahari adalah pusat tata surya, dan benda-benda langit lain yang mengeliling matahari.

4. jarak antara matahari dan bumi terbilang pendek dibanding jarak antara bintang ke matahari dan bumi.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Lawrence of Arabia Meninggal Dunia

5. Bintang tak bergerak dan jika terlihat bergerak itu adalah pengaruh dari pergerakan bumi.

6. Bumi bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran di sekitar matahari.

7. Gerakan Bumi menyebabkan planet lain terlihat bergerak ke arah berlawanan.

Teori Copernicus ini mengguncang Gereja Katolik dan dianggap melanggar ajaran agama.

Saat buku kedua Copernicus De Revolutionibus orbium coelestium diterbitkan pada 1543, pemimpin religius Martin Luthter menyuarakan penentangannya terhadap teori heliosentris.

Pengikutnya, seorang pendeta Lutheran, Andreas Osiander mengikuti jejaknya dan menyebut Copernicus sebagai orang bodoh yang ingin memutarbalikkan ilmu astronomi.

Meski banyak ditentang, Copernicus mendedikasikan buku De Revolutionibus untuk Paus Paulus III. Jika hal ini dilakukannya agar Gereja Katolik menerima teorinya, maka upaya ini gagal.

Pada 1616, Gereja Katolik menyatakan De Revolitionibus sebagai buku terlarang, meski buku itu akhirnya dikeluarkan dari daftar buku yang tak boleh dibaca.

Pada May 1543, pakar matematika Georg Joachim Rheticus memberikan sebuah terbitan baru De Revolutionibus orbium ceolestium kepada Copernicus.

Copernicus yang sangat menderita akibat terserang stroke dikisahkan memeluk buku itu saat mengembuskan napas terakhir di atas ranjangnya di Frombork, Polandia pada 24 Mei 1543.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com