GAZA CITY, KOMPAS.com - Kelompok militan Palestina Hamas mengumumkan bahwa Ismail Haniya (54) telah dipilih sebagai pemimpin yang baru mereka.
Dia menggantikan Khaled Meshaal yang telah dua kali menjabat.
Haniya tinggal di Gaza yang dikuasai Hamas sejak 2007. Adapun Meshaal selama ini tinggal di Qatar.
Haniya dipandang sebagai sosok pragmatis yang akan mencoba untuk menghapuskan isolasi dunia internasional terhadap mereka.
Baca: Hamas: Kami Melawan Israel Bukan karena Mereka Beragama Yahudi
Sebelumnya, Hamas telah menerbitkan sebuah dokumen kebijakan baru awal pekan ini yang dianggap sebagai upaya untuk melunakkan citra mereka.
Juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, Sabtu (6/5/2017), mengkonfirmasi bahwa Haniya telah dipilih sebagai kepala politbiro.
Hamas sebagai suatu kesatuan, atau juga sayap militernya, disebut sebagai kelompok teroris oleh Israel, AS, Uni Eropa, Inggris, dan organisasi berpengaruh lainnya.
Pekan ini, Hamas menerbitkan sebuah dokumen kebijakan baru yang pertama sejak pendiriannya.
Baca: Cabut Seruan Musnahkan Israel, Ini Alasan Hamas Tampil Lebih Moderat
Dokumen itu menyatakan untuk pertama kalinya kesediaan menerima sebuah negara Palestina sementara dengan perbatasan seperti sebelum 1967, tanpa mengakui Israel.
Dokumen itu juga menyatakan bahwa perjuangan Hamas bukanlah melawan Yahudi namun melawan "Zionis yang menduduki wilayah mereka."
Anggaran Dasar Hamas pada 1988 ditentang karena menggunakan bahasa anti-Yahudi.
"Dokumen ini memberikan kami kesempatan untuk terhubung dengan dunia luar," kata juru bicara Hamas Fawzi Barhoum.
"Kepada dunia, pesan kami adalah: Hamas tidak radikal. Kami adalah gerakan pragmatis dan beradab. Kami tidak membenci kaum Yahudi. Kami hanya melawan orang yang menduduki tanah kami dan membunuh orang-orang kami."