Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

550 Imigran di Jerman Berbahaya bagi Keamanan, Terancam Dideportasi

Kompas.com - 19/01/2017, 22:43 WIB

BERLIN, KOMPAS.com – Otoritas Jerman, Rabu (18/1/2017), mengatakan, akan meninjau hampir 550 pencari suaka, yang dinilai memiliki bahaya bagi keamanan, dipicu pertanyaan lama tentang penanganan pendatang asal Tunisia, yang menewaskan 12 orang di pasar Natal di Berlin, Desember 2016.

Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Gugus Tugas AntiTerorisme akan melihat dengan saksama masing-masing dari 547 orang, yang diketahui mengancam keamanan untuk menentukan apakah mereka perlu diusir atau ditahan.

Burkhard Lischka, juru bicara kebijakan dalam negeri untuk Partai Sosial Demokrat di parlemen, mengatakan, pihak berwenang kehilangan jejak atas tiga dari 550 orang itu seperti dilaporkan kantor berita Reuters, Kamis (19/1/2017).

Ia kemudian menarik kesimpulan secara sejajar dengan perkara pencari suaka asal Tunisia, yang gagal, Anis Amri.

Amri diketahui sebagai ancaman pada Februari, namun penyelidik memutuskan bahwa ia tidak mungkin melakukan serangan, kata media Jerman.

"Mereka bermain dengan api, dan setiap perhitungan yang salah dapat mematikan," kata Lischka setelah pertemuan urusan komite internal.

Amri (24), membajak truk dan menabrakkannya di sebuah pasar Natal di Berlin, 19 Desember 2016, yang diklaim oleh kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan menyebut Amri "tentara" dari kelompok militan itu.

De Maiziere dan Menteri Kehakiman Heiko Maas, yang mewakili dua blok di koalisi Kanselir Angela Merkel, bulan ini menyetujui adanya tindakan yang lebih keras untuk pencari suaka yang dokumennya tidak sesuai dan yang dianggap sebagai ancaman pada keamanan.

De Maiziere, seorang Kristen Demokrat, pada Rabu (18/1/2017), menyebut adanya ancaman keamanan yang tinggi dan mendesak anggota parlemen untuk segera menyetujui langkah-langkah baru, yang akan membuat lebih mudah untuk menahan orang guna dideportasi.

Dia mengatakan penting untuk mengatur pedoman yang sama untuk otoritas negara federal dan pemerintah nasional untuk menangani mereka yang dianggap berpotensi berbahaya, dan mengatakan tidak dapat diterima bahwa kelompok militan dapat bergerak bebas di sekitar Jerman.

Dietmar Bartsch, kepala partai kelompok Kiri di parlemen, mempertanyakan mengapa pemerintah telah memutuskan untuk berhenti memeriksa Amri pada September dan telah menghentikan penyelidikan pada kasus penipuan, penggunaan narkoba dan masalah hukum lainnya.

Dia mempertanyakan apakah pemerintah telah berusaha menggunakan Amri sebagai sumber potensial.

Sebelumnya, presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump dalam wawancaranya mengatakan kebijakan Kanselir Angela Merkel terkait pengungsi adalah "kesalahan besar".

Merkel memberlakukan kebijakan buka pintu, sehingga lebih dari satu juta pengungsi diizinkan masuk ke Jerman.

Dalam wawancaranya dengan Times of London dan koran Jerman, Bild, Trump mengatakan, Uni Eropa dijadikan kendaraan untuk Jerman.

Trump memperkirakan negara lain anggota UE lain akan mengikuti jejak Inggris, yang keluar dari kelompok itu pada Juni.

Merkel sejak Agustus 2015 memutuskan membuka seluruh perbatasan negaranya untuk pengungsi yang melarikan diri dari wilayah konflik di Timur Tengah.

Trump menambahkan bahwa ia menghormati Merkel dan masih menganggapnya sebagai salah satu pemimpin penting dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com