Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid dan Gereja Megah Berdampingan di Beirut

Kompas.com - 24/11/2016, 18:46 WIB

BEIRUT, KOMPAS.com - Sebagai kota yang pernah didera perang saudara panjang, wajah ibu kota Lebanon, Beirut, kini sudah berubah.

Cakrawala kota itu, kini sudah dipenuhi berbagai berbagai bangunan, tak hanya bangunan komersial tetapi juga rumah-rumah ibadah.

Salah satunya adalah menara lonceng katedral Beirut yang baru dibangun di samping menara sebuah masjid besar.

Berdampingannya rumah ibadah dua agama besar dunia ini menggambarkan eksistensi kedua agama di negeri yang diderap perang saudara pada 1975-1990.

Menara lonceng Katedral St George di Beirut ini memiliki tinggi 72 meter, sama tinggi dengan empat menara masjid Mohammad al-Amin yang mendominasi langit Beirut sejak lebih dari 10 tahun lalu.

Dihiasi lambang salib yang sangat besar, menara lonceng katedral itu diresmikan akhir pekan lalu setelah dibangun selama satu dekade.

Gereja dan masjid adalah bangunan paling mencolok di pusat Kota Beirut yang masih menyisakan bekas-bekas luka peperangan.

Masjid dan gereja ini dibangun di garis depan perang saudara tepat di garis batas Beirut timur yang dihuni umat Kristen dan Beirut barat yang didiami umat Islam.

Uskup Paul Matar mengatakan, keinginan membangun menara ini sudah ada sejak gereja St George dibangun pada 1894.

Awalnya, direncanakan tinggi menara adalah 75 meter, atau sama dengan menara di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma yang menjadi inspirasi gereja ini.

Namun, Matar melanjutkan, akhirnya diputuskan tinggi menara dikurangi tiga meter sebagai bagian dari pesan kesetaraan.

"Saat masjid itu dibangun, kami sangat gembira karena akan ada masjid dan gereja berdiri berdampingan. Ini adalah slogan Lebanon," ujar Matar di ruang kerjanya di Beirut.

"Jadi saya minta menara gereja dan masjid sama tinggi, sehingga muncul solidaritas dan harmoni," tambah Matar.

Katedral St George adalah tempat ibadah umat Kristen Maronit, komunitas Kristen terbesar di Lebanon.

Matar mengenang, setelah perang usai dan senjata berhenti menyalak, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki katedral itu dan puluhan gereja lain yang hancur akibat perang.

"Sehingga pembangunan menara terus tertunda," papar Matar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com