Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Tewas Ditembak Militan di Thailand Selatan

Kompas.com - 28/10/2016, 16:30 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com - Seorang guru tewas dalam penembakan pada Jumat (28/10/2016) oleh militan di wilayah paling bergolak di Thailand selatan.

Menurut polisi Thailand, insiden itu merupakan serangan terbaru terhadap warga sipil di wilayah yang sejak lama menjadi basis pemberontakan tersebut.

Thailand selatan telah menjadi sarang kekerasan selama 12 tahun terakhir ketika pemberontak Muslim berjuang untuk memperoleh otonomi yang lebih luas di negara mayoritas Buddhis itu.

Lebih dari 6.600 orang, kebanyakan warga sipil, telah tewas dalam konflik itu sebagaimana dilaporkan Agence France-Presse.

Pada Jumat ini tersangka militan menembaki dua PNS, yang bertugas untuk mengajar di sebuah program pendidikan yang didanai negara untuk orang dewasa.

"Satu korban langsung tewas di lokasi kejadian perkara," kata Noppasit Temongla, seorang petugas dari Distrik Mayo.

Guru wanita beragama Buddha, 49 tahun, tewas seketika. Korban diidentifikasi bernama Sunisa Boonyen.

Korban, kata poliisi, sedang berkendara ke sebuah tempat kegiatan pendidikan orang dewasa itu akan berlangsung. Namun, dua orang dengan sepeda motor menembaki mobilnya.

Rekannya, Chadaporn Sriseng, 52 tahun, terluka dalam serangan itu dan dirawat di rumah sakit.

Para pemberontak etnis Melayu, yang jarang mengklaim serangan seperti itu, sudah bertahun-tahun menargetkan guru,  pejabat, dan warga etnis lokal lainnya.

Guru sering bepergian ke dan dari sekolah dengan konvoi keamanan yang ketat ketika mereka melewati "zona merah", zona paling berbahaya di wilayah perbatasan.

Pada Senin, satu orang tewas dan 18 luka-luka, termasuk beberapa anak, oleh sebuah bom yang ditanam di sebuah toko mie di Provinsi Pattani.

Serangan itu bertepatan dengan ulang tahun ke-12 hari kematian puluhan Muslim lokal akibat kekerasan aparat keamanan Thailand.

Pemerintah junta Thailand telah mencoba untuk memulai dialog damai dengan negosiator pemberontak sejak 2014.

Namun, sedikit yang dapat diharapkan perundingan itu. Para analis meragukan apakah wakil pemberontak memiliki kewenangan penuh atas para pejuang yang bergerilya di lapangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com