Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/06/2016, 11:59 WIB

BEIJING, KOMPAS.com – Ratusan kera hutan dilaporkan telah ‘mengobarkan perang’ ke kampung Xianfeng, tak jauh dari kota Panzhihua, Provinsi Sichuan, China barat daya.  

Gerombolan besar satwa liar itu menguras makanan dan mengobrak-abrik seluruh isi rumah penduduk,  merusak ladang, dan kebun untuk memenuhi kebutuhan logistik mereka.

Perang terbuka itu sebenarnya telah berakhir 13 tahun lalu setelah warga Xianfeng memutuskan untuk memikat kera-kera itu turun dari gunung dengan harapan bisa menjadi daya tarik wisata. Namun, kini bencana itu kembali terjadi.

Sampai 600 ekor kera bisa “diundang” ke  kampung, diberi makan biji-bijian,  dan momen itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan sejak 2003.

Proyek memikat kera untuk menjadi obyek wisata berhasil.

Pria penggagas proyek itu, He Youliang yang kini berusia 47 tahun, kemudan mendapat sokongan dana dari pengusaha lokal Zhou Zhenggui.

Sebuah perusahaan untuk menggiring kera menjadi obyek wisata pun didirikan dan diberi nama Panzhihua Baoding Ecotourism. Desa itu menjadi kaya dan warganya sejahtera.

Puncak usaha itu ialah terjadi antara tahun 2011 - 2014 ketika ribuan wisatawan mengalir ke Xianfeng setiap hari.

Wisatawan membawa uang banyak untuk penduduk. Mereka pun mampu membangun rumah tembok atau setidaknya rumah layak huni dan nyaman.

Namun, segalanya berubah sejak 2014 ketika Zhou tiba-tiba meninggal karena serangan jantung.

Putrinya mengambil alih usaha  itu dan mengatur kera-kera itu agar datang ke desa. 

Sayangnya, putri Zhou tidak diwarisi uang banyak untuk membeli makanan bagi ratusan kera itu.  Pekerja tidak bisa digaji lagi.

Aliran uang terhenti dan warga desa tidak sanggup lagi memberi makan kera.

Alih-alih kembali ke hutan di gunung, monyet-moyet itu justu kembali menggelorakan perang terhadap penduduk desa dan mulai merampok rumah, ladang, dan kebun, seperti 13 tahun silam.

Setelah belasan tahun dibiasakan terpikat dari gunung ke desa, kini kera-kera itu malah lupa untuk kembali ke alam liarnya. Mereka merasa terbiasa tinggal di kampung itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com