Empat Warga Jepang Tewas Dimangsa Beruang

TOKYO, KOMPAS.com – Empat orang tewas secara terpisah dimangsa beruang di Perfektur Akita, Jepang. Penduduk diperingatkan untuk waspada.

Pemerintah lokal di Jepang utara meningkatkan peringatan kepada penduduk agar menjauhi hutan di pegunungan setelah peningkatan korban jiwa yang dimangsa binatang buas itu.

Polisi di Akia telah menemukan mayat seorang wanita yang tampaknya dicabik-cabik beruang. Korban bernama, Tsuwa Suzuki (74), menderita luka parah yang mengerikan.

Awalnya petugas sempat kesulitan mengidentifikasi korban karena kondisi mayat yang sulit dikenali, seperti dilaporkan The Independent, Senin (13/6/2016).

NHK Jepang melaporkan, Suzuki, warga Perfektur Aomori, pergi ke hutan untuk mencari daun-daun yang biasa dimakan.

Mayat Suzuki ditemukan setelah penemuan tiga mayat laki-laki, yakni dua orang berusia 70 tahun dan satu lagi berusia 60 tahun.

Laporan dari media Jepang mengatakan, para korban diduga dimangsa beruang saat mencari rebung di hutan.

Takeshi Komatsu, dokter hewan setempat,  mengatakan ada kemungkinan empat korban itu diserang oleh beruang yang sama, karena terjadi di waktu dan tempat yang berdekatan.

Takeshi Komatsu, dokter hewan setempat, mengatakan ada kemungkinan bahwa empat orang tewas oleh beruang yang sama.

"Setelah merasakan daging manusia (untuk pertama kalinya), beruang kemungkinan mengenali bahwa manusia bisa juga dimakan," kata Komatsu kepada kantor berita Kyodo.

Jumlah serangan fatal dari beruang yang menyebabkan kematian di wilayah Akita telah meningkat tajam.

Sebelumnya hanya ada delapan kasus selama 36 tahun, antara tahun 1979 dan 2015.

Beruang coklat dan Asiatic hitam di Jepang utara telah sering tampak, lebih dari 1.200 kali, tahun ini, hampir dua kali jumlah yang dilaporkan tahun lalu.

Dalam beberapa kasus, hewan telah terlihat di dekat daerah pemukiman.

Serangan  beruang terbaru mengingatkan kembali musibah terburuk tahun 1919 di  Pulau Hokkaido.

Kejadian yang menyebabkan tujuh orang tewas dan tiga orang terluka itu secara secara kolektif dikenal dengan insiden Sankebetsu.