KOLOMBO, KOMPAS.com – Setelah dilanda tanah longsor, ratusan ribu warga ibu kota Kolombo, Sri Lanka, Jumat (20/5/2016), kembali panik dan frustrasi akibat dilanda banjir besar.
Wilayah yang paling parah dilanda banjir ialah di sisi timur laut Kolombo, tepatnya di sepanjang sungai Kelani. Air sungai ini meluap sejak Kamis (19/5/2016) malam.
Tiga hari lalu, bencana tanah longsor akibat hujan deras selama beberapa hari telah menimbun sekitar 200 keluarga di tiga desa di Sri Lanka.
Tanah longsor dan banjir hingga sejauh ini telah menewaskan lebih dari 60 orang. Jumlah korban hilang diperkirakan bisa terus bertambah.
Lebih dari 150 orang masih tertimbun lumpur longsor sedalam 15 meter dan mereka belum juga berhasil ditemukan.
Pada Jumat pagi, ratusan warga Kolombo bergegas naik ke perahu karet dan rakit untuk menghungsi dari rumah mereka akibat meluapnya sungai Kelani.
Ratusan ribu rumah di sekitar sungai itu terendam dan telah tergenang. Warga mengungsi dengan pakaian di badan dan barang seadannya.
Para pejabat telah mendesak warga yang tinggal di daerah-daerah yang terkena banjir agar segera keluar dan mengungsi ke tempat yang aman atau ke tenda yang disediakan pemerintah.
Pusat Penanggulangan Bencana Sri Lanka mengatakan, sekitar 200.000 warga telah mengungsi dari daratan rendah di ibu kota Kolombo.
Selain itu, 400.000 warga Kolombo lainnya terpaksa mengungsi ke tenda-tenda bantuan yang dikelola oleh negara. Sebab, rumah mereka telah terendam banjir besar.
Militer telah melakukan operas besar untuk menyelamatkan warga pada Kamis malam.
Tidak hanya dengan perahu karet dan rakit, kapal dan helicopter dipakai untuk mengevakuasi warga.
Penjarahan
Beberapa orang tampak enggan meninggalkan rumah mereka meskipun kantor Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah mengerahkan tentara untuk mencegah penjarahan dan pencurian.