Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dialog Antaragama Harus Penuh Hormat dan Persahabatan

Kompas.com - 10/11/2015, 10:01 WIB

Meski pada awalnya hujan deras seakan tiada ada tanda akan berhenti, audiensi mingguan dengan Paus Fransiskus tetap diadakan. Hanya audiensi kali ini sedikit berbeda dengan kebiasaan.

Rabu itu adalah hari terakhir dari tiga hari konferensi internasional peringatan 50 tahun dokumen Nostra Aetate (Jaman Kita) yang diresmikan Paus Paulus VI pada akhir Konsili Vatikan II, pada 28 Oktober 1965. [Baca: Vatikan Rayakan 50 Tahun Nostra Aetate]

Oleh karena itu selain ratusan ribu para peziarah yang memadati Basilica St. Petrus, audiensi itu juga dihadiri para perwakilan dari beberapa agama seluruh dunia, para tokoh, serta peserta konferensi yang berjumlah 300 orang.

Dalam awal pidatonya, Paus menyambut para pemuka dan pemeluk agama berbeda terutama yang mereka yang melakukan perjalanan jarak yang sangat jauh untuk bisa bersama.

Paus mengungkapkan, dialog antaragama tidak bisa tidak harus terbuka dan penuh hormat, dan harus memberikan "buah".

Kondisi saling menghormati, dan pada saat yang sama, tujuan dialog antaragama adalah menghormati hak orang lain untuk hidup, menghormati keutuhan fisik mereka, dan menghormati kebebasan dasariah yakni kebebasan hati nurani, kebebasan pikiran, kebebasan ungkapan, serta kebebasan beragama.

Dunia, demikian Paus menambahkan, melihat orang-orang beriman dan mendorong umat beragama untuk saling bekerja sama dengan laki-laki dan perempuan yang berkehendak baik yang tidak menganut agama.

Dunia meminta jawaban-jawaban efektif untuk berbagai pokok persoalan terkait dengan persoalan perdamaian, kelaparan, penderitaan jutaan orang, krisis lingkungan, keluarga yang mengalami krisi ekonomi, keuangan, dan terutama harapan.

Paus mengakui bahwa sekalipun tidak memiliki resep untuk masalah-masalah tersebut, orang-orang beriman memiliki sumber daya yang besar yakni doa dan orang yang percaya harus berdoa.

Doa dan pelayanan

Doa adalah harta orang percaya, yang darinya ditarik menurut tradisi keyakinan masing-masing, untuk memohon karunia-karunia yang dirindukan manusia.

Oleh karena itu, dialog antaragama harus berbuah menjadi tunas persahabatan dan kerja sama dalam berbagai bidang terutama dalam pelayanan kepada orang miskin, orang kecil, warga lanjut usia, menerima para imigran, dan perawatan orang-orang terlantar.

Oleh karena itu, Paus juga menyerukan agar dunia bersatu untuk membantu Pakistan dan Afghanistan yang dilanda gempa yang kuat.

Ketika terjadi aliran imigran dari Timur Tengah akibat perang saudara, Paus Fransiskus juga memerintahkan institusi gereja untuk menerima dan membantu para imigran dari Timur Tengah.

Sebelumnya, kepada Paus Fransiskus, Jean Louis Kardinal Tauran – Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dengan mengutip harapan Nabi Yesaya, menjelaskan, bahwa, "Di atas gunung itu akan dikoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com