Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Dipukul Mundur di Beberapa Front, ISIS Belum Kalah

Kompas.com - 29/01/2015, 17:25 WIB
BAGHDAD, KOMPAS.com — Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memang mengalami kekalahan besar di Kobani, Suriah, dan beberapa garis depan di Irak. Namun, sejumlah pengamat memperingatkan kemenangan-kemenangan besar seperti itu tidak akan terulang dalam waktu dekat dan di banyak tempat.

Pekan ini, para pejuang Kurdi yang didukung serangan udara AS memukul mundur ISIS dari sebagian besar kota Kobani setelah pertempuran brutal selama empat bulan memperebutkan kota kecil yang strategis itu.

Sementara itu, pasukan Pemerintah Irak juga mengusir ISIS dari kubu terakhirnya di Provinsi Diyala sekaligus memperkecil wilayah kekhalifahan Islam yang diproklamasikan ISIS.

"Pertempuran Kobani menunjukkan serangan udara yang terkonsentrasi di sebuah kawasan yang kecil bisa sukses menghancurkan ISIS," kata Aymenn Jawad al-Tamimi, seorang peneliti di lembaga Shillman-Ginsburg, Forum Timur Tengah, Philadelphia, AS.

"Serangan udara semacam itu sangat menghancurkan. ISIS kehilangan banyak orang di Kobani dan mereka tak akan mencoba untuk menyerang kota itu lagi," kata seorang analis lembaga konsultan intelijen Soufan Group, Patrick Skinner.

Sementara itu, dalam sebuah pesan audio langka yang dirilis pada Senin (26/1/2015), juru bicara ISIS Abu Mohamed al-Adnani sama sekali tidak menyebut pertempuran Kobani.

Menurut para pengamat, ISIS kehilangan sedikitnya 1.200 pejuangnya dalam empat bulan pertempuran Kobani. Sejumlah pejabat AS menyebut sejak serangan udara dimulai pada Agustus, sebanyak 6.000 anggota ISIS tewas.

Di front lainnya, dalam sebulan terakhir, pasukan Peshmerga Irak juga mencatat sejumlah kemenangan signifikan, antara lain kesuksesan memotong jalur pasokan logistik ISIS antara kubu terkuatnya di Mosul dan perbatasan Suriah.

Pasukan darat

Pada saat jerat semakin erat mengikat Mosul, yang menjadi "ibu kota" ISIS di Irak, kota Baghdad bisa sedikit bernapas lega setelah Provinsi Diyala direbut kembali dari tangan ISIS.

"ISIS benar-benar sedang kehilangan momentum. Secara umum, ISIS kehilangan wilayah dan tak membuat kemajuan sama sekali dan harus merebut kembali wilayahnya yang hilang. Salah satunya kota strategis Baiji yang lepas pada November lalu," ujar Al-Tamimi.

Meski demikian, Al-Tamimi menambahkan, ISIS masih jauh dari kekalahan. Sebab, ISIS masih mengendalikan kubu-kubu terkuatnya, baik di Irak maupun Suriah. Sejauh ini, tak ada kekuatan militer yang memadai untuk menentang ISIS, misalnya di kota Mosul.

Hasil positif ini membuat Washington dan Baghdad meyakini strategi yang digunakan saat ini untuk menghadapi ISIS sudah membuahkan hasil. Namun, beberapa negara Arab mengatakan, pasukan darat asing sangat diperlukan untuk memukul ISIS di kubu terkuatnya.

"Kami menilai belum ada banyak kemajuan karena serangan udara saja belum cukup," kata seorang pejabat senior sebuah negara Timur Tengah yang tak mau disebutkan namanya.

Saat menghadiri konferensi koalisia anti-ISIS di London pekan lalu, pejabat itu mengatakan, negerinya menawarkan untuk mengirimkan pasukan darat, tetapi tawaran itu ditolak Baghdad.

Sementara itu, Patrick Skinner mengingatkan, untuk merebut kota Fallujah, Irak, 10 tahun lalu, dibutuhkan 10.000 personel marinir sehingga merebut Mosul butuh lebih banyak personel militer untuk melaksanakannya.

"Butuh 112 hari bagi YPG (pasukan Kurdi Suriah) dan koalisi AS untuk mengusir ISIS dari Kobani yang luasnya hanya enam kilometer persegi," ujar Direktur Lembaga Pemantau HAM Suriah, Rami Abdel Rahman.

"ISIS menguasai 35 persen wilayah Suriah, berapa lama dibutuhkan untuk mengusir mereka dari Raqa, Deir Ezzor, dan kota-kota lain?" tambah Rami.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com